Mencoba Menyelami Kedalaman Lautan Cinta-Nya
Sungguh, segalanya akan menjadi indah karena cinta. Pandanglah setiap apa yang kita hadapi dengan cinta. Selesaikan segala perkara dunia-akhirat dengan cinta. Cinta yang bermula dari-Nya sang maha mencintai. Dialah sumber cinta dari segala yang ada di muka bumi. Semua tercipta dan ada di dunia karena hasrat cinta-Nya. Cinta-Nya adalah sumber kekuatan hidup
dan kehidupan.
SEGALA keindahan, pesona, dan keagungan yang hadir di hadapan kita dan menggetarkan jiwa kita adalah Cinta- Nya. Dialah Tuhan yang bersinggasana di atas batas cakrawala yang tak dapat dibayangkan oleh kekuatan akal dan imaji manusia. Adalah Dia yang selalu tersenyum dan melimpahkan kasih sayang-Nya tanpa batas, meski manusia berperang atas nama cinta kepada-Nya.
Tuhan sebagai pemilik cinta telah bersumpah kepada diri-Nya akan selalu menganugerahkan cinta-Nya yang tanpa batas. Dia tidak pernah melihat ciptaan-Nya dengan mata pilih kasih dan berpihak. Dia memiliki mata yang tajam setajam matahari. Matanya menembus ke dalam hati semua ciptaan-Nya. Hati-hati yang dipenuhi dengan cinta akan menjadi dekat dan damai. Akan melihat kehadiran-Nya di setiap penjuru. Pada sekuntum mawar yang merah merekah, pada langit biru, pada warna-warni pelangi, atau justru pada tsunami yang terlihat garang. Semuanya didorong oleh hasrat cinta –Nya yang tanpa batas kepada ciptaan-Nya.
Pada satu titik kesimpulan kita harus sama-sama mengikrarkan bahwa cinta-Nya bukan cinta biasa. Bukan cinta yang biasa dilafazkan sesama manusia. Bukan cinta yang sebatas mengasihi dan kemudian berkorban demi yang dicintai. Tasirun Sulaiman, penulis produktif (sudah menerbitkan 10 buku) dan alumnus Pondok Pesantren Gontor mencoba menjabarkan kedahsyatan cinta itu. Puisi dan cerita pendek Jalaluddin Rumi mencipta ide-idenya untuk menkanvas keajaiban cinta. Ya, bukan cinta biasa.
Permainan dunia dengan segala tipu dayanya terkadang menerbangkan manusia ke atas awang-awang kealfaan diri untuk mencintai-Nya. Di sisi lain ada sekelompok manusia yang mengaku sangat mencintai-Nya dan sudah yakin bahwa dirinya akan menghuni surga. Bukankah sejatinya cinta mengantarkan hamba-hamba-Nya untuk kembali menyadari bahwa Dialah yang Maha Agung maka lepaskanlah jeruji Kesombongan Diri. Sehingga pada batas waktunya hanya hamba yang ikhlas (murni) mencintailah yang akan merasakan kenikmatan segala balasan dari-Nya.
30 Renungan Cinta
Dalam buku ini Tasirun Sulaiman menghimpunkan 30 renungan cinta yang terinspirasi dari Jalaluddin Rumi. Pengemasan bahasa yang syarat makna dan dibingkai dengan terapan kisah-kisah para tokoh (berpengaruh) yang menghias setiap renungan buku ini memberi suplemen penguatan jiwa raga agar senantiasa menjalani hidup dan kehidupan di dunia dengan cinta.
Membaca serta menelaah baris demi baris, halaman demi halaman isi buku ini seumpama menyelami meter demi meter kedalaman lautan cinta-Nya. Perlahan bermula dari permukaan laut yang mengajak kita bercermin tetang keberadaan diri ini dari mana kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan, hingga ke mana akhir kehidupan ini kita tandaskan. Ya, manusia berlomba-lomba Mengejar Kesempurnaan menyadari apakah cinta yang kita semai akan mekar bersamaan dengan cinta-Nya.
Saat berada di tengah permukaan laut sesungguhnya kita berada pada kondisi peperangan batin karena godaan setan yang membisikkan tentang kenikmatan dunia (tahta, harta, wanita) berusaha menggoyah kekuatan cinta yang sedang kita sampaikan pada-Nya. Ketika benteng-benteng iman telah kokoh maka terjangan godaan setan sebesar apa pun tak akan mampu merobohkan pondasi-pondasi cinta yang mulai menggapai wujud-Nya. Dasar laut pun telah tergapai, kecintaan hamba akan menemu jawaban dari-Nya. Akankah Allah menyambut cinta kita? akankah cinta yang telah lama menunggu di sayup rindu ini terobati? Kedalaman lautan cinta-Nya telah kita selami, dasar pepasir pun telah tergenggam. Satu doa yang terpanjat, moga Allah mengijabah cinta kita.
Pengalaman spiritual Tasirun Sulaiman tentang pemaknaan sebuah cinta mensketsa imaji-imaji unik dalam buku ini. Penyampaian kisah cinta juga dicantumkan dalam buku ini. Akan tetapi ada masalah yang biasa dihadapi penullis dalam merangkai gagasannya. Adanya kata-kata istilah yang mengandung pemaknaan mendalam menjadikan pembaca awam sulit untuk menguasai aura cinta yang menggugah jiwa. Keluwesan alur cerita juga dirasa agak rumit dipahami mungkin karena pengaruh Tasirun Sulaiman yang lebih cenderung mengungkapkan gagasannya dalam bentuk ilmiah. Pembaca lebih menyukai bentuk cerita untuk memahami cinta.
Buku penggugah pembangkit hasrat cinta ini paling tidak dapat dijadikan sebagai media perenungan bagi Anda yang sedang berada dalam ruang kegundahan yang di dalamnya diselimuti cercah-cercah tanya sudahkah cinta ini berlabuh pada cinta-Nya? Semoga kegundahan itu juga termasuk tanda-tanda cinta-Nya. Akhinya mari kita nikmati sajian buku ini dengan segenap kerinduan dan kecintaan menyambut salam cinta-Nya. ( Mukhlis al-anshor)
No comments:
Post a Comment