Pages

Dec 26, 2011

10 Kerusakan dalam Tahun Baru

Berikut adalah beberapa kerusakan akibat seorang muslim merayakan tahun baru.
Kerusakan Pertama: Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan ‘Ied (Perayaan) yang Haram
Perlu diketahui bahwa perayaan (’ied) kaum muslimin ada dua yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan,
كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.’”[2]
Namun setelah itu muncul berbagai perayaan (’ied) di tengah kaum muslimin. Ada perayaan yang dimaksudkan untuk ibadah atau sekedar meniru-niru orang kafir. Di antara perayaan yang kami maksudkan di sini adalah perayaan tahun baru Masehi. Perayaan semacam ini berarti di luar perayaan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maksudkan sebagai perayaan yang lebih baik yang Allah ganti. Karena perayaan kaum muslimin hanyalah dua yang dikatakan baik yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.
Perhatikan penjelasan Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’, komisi fatwa di Saudi Arabia berikut ini:
Al Lajnah Ad Da-imah mengatakan, “Yang disebut ‘ied atau hari perayaan secara istilah adalah semua bentuk perkumpulan yang berulang secara periodik boleh jadi tahunan, bulanan, mingguan atau semisalnya. Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal:
  1. Hari yang berulang semisal idul fitri dan hari Jumat.
  2. Berkumpulnya banyak orang pada hari tersebut.
  3. Berbagai aktivitas yang dilakukan pada hari itu baik berupa ritual ibadah ataupun non ibadah.
Hukum ied (perayaan) terbagi menjadi dua:
  1. Ied yang tujuannya adalah beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan hari tersebut dalam rangka mendapat pahala, atau
  2. Ied yang mengandung unsur menyerupai orang-orang jahiliah atau golongan-golongan orang kafir yang lain maka hukumnya adalah bid’ah yang terlarang karena tercakup dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
    مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
    Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Misalnya adalah peringatan maulid nabi, hari ibu dan hari kemerdekaan. Peringatan maulid nabi itu terlarang karena hal itu termasuk mengada-adakan ritual yang tidak pernah Allah izinkan di samping menyerupai orang-orang Nasrani dan golongan orang kafir yang lain. Sedangkan hari ibu dan hari kemerdekaan terlarang karena menyerupai orang kafir.”[3] -Demikian penjelasan Lajnah-
Begitu pula perayaan tahun baru termasuk perayaan yang terlarang karena menyerupai perayaan orang kafir.
Kerusakan Kedua: Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ »
Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“[4]
Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” [5]
An Nawawi -rahimahullah- ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziro’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”[6]
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan memang benar-benar terjadi saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).
Beliau bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” [7]
Menyerupai orang kafir (tasyabbuh) ini terjadi dalam hal pakaian, penampilan dan kebiasaan. Tasyabbuh di sini diharamkan berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’).[8]
Kerusakan Ketiga: Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru
Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari’atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun. “Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama’ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari’atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.
Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat, mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.”
Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud,
وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ.
Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.”
Ibnu Mas’ud lantas berkata,
وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ
Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.” [9]
Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.
Kerusakan Keempat: Terjerumus dalam Keharaman dengan Mengucapkan Selamat Tahun Baru
Kita telah ketahui bersama bahwa tahun baru adalah syiar orang kafir dan bukanlah syiar kaum muslimin. Jadi, tidak pantas seorang muslim memberi selamat dalam syiar orang kafir seperti ini. Bahkan hal ini tidak dibolehkan berdasarkan kesepakatan para ulama (ijma’).
Ibnul Qoyyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.
Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.”[10]
Kerusakan Kelima: Meninggalkan Perkara Wajib yaitu Shalat Lima Waktu
Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik.
Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.
Ibnul Qoyyim -rahimahullah- mengatakan, “Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu) dengan sengaja termasuk dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, zina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[11]
Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).”[12]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[13] Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.
Dengan merayakan tahun baru, seseorang dapat pula terluput dari amalan yang utama yaitu shalat malam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[14] Shalat malam adalah sebaik-baik shalat dan shalat yang biasa digemari oleh orang-orang sholih. Seseorang pun bisa mendapatkan keutamaan karena bertemu dengan waktu yang mustajab untuk berdo’a yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Sungguh sia-sia jika seseorang mendapati malam tersebut namun ia menyia-nyiakannya. Melalaikan shalat malam disebabkan mengikuti budaya orang barat, sungguh adalah kerugian yang sangat besar.
Kerusakan Keenam: Begadang Tanpa Ada Hajat
Begadang tanpa ada kepentingan yang syar’i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”[15]
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”[16] Apalagi dengan begadang, ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?!
Kerusakan Ketujuh: Terjerumus dalam Zina
Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi. Padahal dengan melakukan seperti pandangan, tangan dan bahkan kemaluan telah berzina. Ini berarti melakukan suatu yang haram.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”[17]
Kerusakan Kedelapan: Mengganggu Kaum Muslimin
Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”[18]
Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.”[19] Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!
Kerusakan Kesembilan: Meniru Perbuatan Setan dengan Melakukan Pemborosan
Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.1000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 1000, bagaimana jika lebih dari itu?! Masya Allah sangat banyak sekali jumlah uang yang dibuang sia-sia. Itulah harta yang dihamburkan sia-sia dalam waktu semalam untuk membeli petasan, kembang api, mercon, atau untuk menyelenggarakan pentas musik, dsb. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (Qs. Al Isro’: 26-27)
Ibnu Katsir mengatakan, “Allah ingin membuat manusia menjauh sikap boros dengan mengatakan: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” Dikatakan demikian karena orang yang bersikap boros menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).” Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.”[20]
Kerusakan Kesepuluh: Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga
Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang bermanfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” [21]
Ingatlah bahwa membuang-buang waktu itu hampir sama dengan kematian yaitu sama-sama memiliki sesuatu yang hilang. Namun sebenarnya membuang-buang waktu masih lebih jelek dari kematian.
Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”[22]
Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman,
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَاءكُمُ النَّذِيرُ
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Qs. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”[23]
Inilah di antara beberapa kerusakan dalam perayaan tahun baru. Sebenarnya masih banyak kerusakan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu dalam tulisan ini karena saking banyaknya. Seorang muslim tentu akan berpikir seribu kali sebelum melangkah karena sia-sianya merayakan tahun baru. Jika ingin menjadi baik di tahun mendatang bukanlah dengan merayakannya. Seseorang menjadi baik tentulah dengan banyak bersyukur atas nikmat waktu yang Allah berikan. Bersyukur yang sebenarnya adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan dengan berbuat maksiat dan bukan dengan membuang-buang waktu dengan sia-sia. Lalu yang harus kita pikirkan lagi adalah apakah hari ini kita lebih baik dari hari kemarin? Pikirkanlah apakah hari ini iman kita sudah semakin meningkat ataukah semakin anjlok! Itulah yang harus direnungkan seorang muslim setiap kali bergulirnya waktu.
Ya Allah, perbaikilah keadaan umat Islam saat ini. Perbaikilah keadaan saudara-saudara kami yang jauh dari aqidah Islam. Berilah petunjuk pada mereka agar mengenal agama Islam ini dengan benar.
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.



http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/2844-10-kerusakan-dalam-perayaan-tahun-baru-.html

Bagaimana Kita Menyikapi Tahun Baru Masehi ?

    
   Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Bolehkah Merayakannya?
     Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.
Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan kepadanya: “Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya, “Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Keburukan yang Ditimbulkan
Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:
  1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
  2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.
  3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika…
  4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah.


    http://muslimah.or.id/manhaj/menyikapi-tahun-baru-masehi.html

Dec 19, 2011

Amanah Dakwah: Beban VS Bekal

By: Nurhasanah Sidabalok
Staf  Dept. RPK UKMI Ar- Rahman UNIMED 2011- 2012

“Bapak kamu tukang cat ya?”
“Kok tau?”
“Karena kamu telah membuat hatiku lebih berwarna”
Cuit… cuit…

Demikian rayuan gombal yang sedang marak kita dengarkan di kalanga kaum muda saat ini. Tidak ada yang salah. Hanya ingin mendapatkan sebuah senyuman dari seorang sahabat. Senyum yang seolah sudah sangat sulit untuk ditemukan di saat seperti ini. Senyum yang sudah direbut sang agenda- agenda dan dibawa pergi jauh. Senyum yang seakan- akan bukan saatnya lagi dimunculkan di tengah- tengah amanah dakwah yang dibawa. Hingga tak jarang tanpa disadari banyak orang- orang terdekat mulai menjauh satu persatu.


Dakwah kampus butuh pengorbanan. Ia sifatnya dinamis, hingga selalu ada tuntutan- tututan baru untuk para kader dakwah. Bukan hal yang aneh jika seseorang yang sejak bergabung di dakwah kampus, banyak yang merasa ditinggal. Artinya, waktu yang kita miliki akan semakin terbagi hingga masing- masing bagian harus rela memberikan sebagain porsinya untuk dakwah ini. Yang menjadi aneh adalah ketika seseorang tidak merasakan perubahan itu hingga ia jauh melangkah dalam agenda dakwahnya. Jadi satu pemahaman yang harus kita samakan adalah bahwa berhubungan dengan dakwah kampus akan membuat warna dan perjalanan hidup kita akan berbeda dari yang lain. Terlepas perbedaannnya itu seperti apa, itu disesuaiakan dengan posisi kita sebagai apa pada awalnya dan masa sekarang. 

Berangkat dari pemahaman tersebut, tentu bukan suatu alasan untuk kemudian menyalahkan dakwah ini atas berbagai perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Tersitanya banyak waktu, terkurasnya pikiran, adalah lumrah. Selanjutnya, apakah kita akan membiarkan semua amanah ini merenggut masa muda kita??? (ckckck). Relakah kita jika kebahagiaan yang selama ini kita rasakan dibawa pergi olehnya? Padatnya agenda bukan selanjutnya membolehkan kita untuk mengurangi tegur sapa, senyum kepada saudara kita serta menayakan kabar mereka. Bukan demikian yang diharapkan. Sungguh dakwah ini terlalu suci untuk kita cemari dengan pemahaman yang sangat berseberangan. Tidak layak. Sungguh kerdil  diri kita jika demikian cara kita menjalankan dakwah ini. So, how? Bagaimana langkah yang harus kita ambil hingga dakwah ini tidak serta merta merenggut masa muda kita yang katanya untuk bersenang- senang? Hingga kita juga mampu merasakan apa yang orang lain rasakan di luar sana? 

Sebagai seorang aktivis dakwah kampus yang cerdas dan soleh, tentunya kita harus mampu untuk menentukan sikap dan mengambil langkah yang tepat. Jika dihadapkan pada situasi demikian dimana amanah terasa berat, bukan pilihan yang tepat untuk kemudian mengorbankan senyuaman kita yang selama ini berkilau. Yang perlu dilakukan adalah upaya mempersiapkan diri menerima amanah dan kemudian meningkatkan kemampuan dalam menjalankan amanah. Bentuk konkritnya dapat diperhatikan sebagai berikut.

Pertama, memahami konsep dakwah seutuhnya. Saat kita paham akan hakikat dakwah sebenarnya, maka proses ini tidak kemudian menciutkan langkahnya. Perubahan- perubahan yang kita alami dalam hidup sejak bergabung di dakwah ini akan dipandang sebagai hal yang wajar. Saat paham bahwa dakwah itu tidak ditaburi oleh bunga- bunga melainkan penuh onak duri dan rintangan, kita akan menanggapinya sebagaimana seorang kader seharusnya bersikap. Hingga amanah dakwah tidak dianggap menjadi beban yang berat dan tak berarti, namun dipandang sebagai lading amal dan investasi. 

Untuk itu, sering- seringlah mengikuti kajian- kajian keislaman seperti tasqif, keputrian, atau bentuk forum lainnya. Satu hal yang sangat disayangkan adalah banyaknya kader (pengurus, red) yang merasa dirinya tidak perlu lagi untuk mengikuti suplemen- suplemen untuk anggota baru, dengan alasan sudah pernah atau ada hal lain yag sengaja dijadikan alasan untuk tidak mengikutinya. Perlu kita pahamai bersama bahwa, materi yang sama jika disampaikan oleh orang berbeda pada waktu dan tempat yag berbeda hasilnya akan berbeda. Untuk itu perlu kembali kita bangun rasa ingin tahu dan rendah hati untuk duduk belajar bersama dengan mereka yang bukan pengurus. Jadilah pembelajar sejati!

Kedua, berbagi dengan kader lain. Sekilas mungkin akrab, namun ternyata jauh. Tegur sapa, salam, ternyata belum cukup menjadi bukti nyata kedekatan kita. Serng- seringlah berdiskusi! Satu permasalahan klasik yang masih juga ditemukan di lapangan bahwa ada beberapa kader yang merasa enggan untuk bertanya atau sekadar berbagi kabar dengan yang lain. Sebut saja misalnya dengan kakak/ abangnya. Apakah itu mungkin tak sempat, tak pantas, atau mungkin tak tau apa yang ingin ditanyakan atau dibagikan. 

Budaya berdiskusi hendaknya lebih digalakkan sebagai cirri khas dari para aktivis dakwah kampus. Tidak dipungkiri, efek yang dihasilkan dari budaya ini sangat luar biasa tertama dalam pengokohan eksistensi. Hal ini dapat menjadi keuatan bagi diri kita untuk saatnya menanmkan satu statement: saya tidak sendiri. Kita pribadi juga akan paham bahwa amanah yang kita miliki ternyata belum seberapa dibandingkan amanah saudara yang lain. Sehingga buka suatau alasan untuk kita menemui saudara kita dengan kerutan di wajah disertai goresan- goresan amanah di dahi.

Ketiga, mendekatkan diri kepada- Nya. Saat amanah diberikan pada kita, satu hal yang harus segera dipahamai dan dimaknai adalah, amanah ini datangnya dari Allah, bukan dari Koord. Dept. Kaderisasi, Ketua Umum, atau murabbi dan sebagainya. Jika ini sudah terpatri jelas dalam hati kita, maka ia akan mengantarkan kita pada suatu upaya untuk melayakkan diri menerima amanah tersebut di hadapan- Nya. Selanjutnya, ia akan menjadikan diri kita sosok yang produktif, bukan malah di kemudian hari berkata,”Nah kan, siapa suruh ana diberikan amanah ini. Sudah ana bilang gak sanggup tetap saja dipaksa.”

Bertaqarrub kepada Allah akan membantu kita dalam menjalankan amanah ini. Seberapapun maksimalnya usaha kita jika tidak dibarengi  dengan rasa harap dan butuh akan bantuan- Nya, akan sult bagi kita untuk mencapai target- targetnya.

Akhirnya, dakwah adalah satu kebutuhan bagi kita untuk memperbanyak bekal di hari akhir nanti. Amanah dakwah tidak layak untuk dianggap sebagai beban. Ia akan menjadikan kita lebih dewasa. Lebih mampu mengambil langkah, lebih bijaksana. Amanah ini hanya akan bisa dijalankan dengan baik jika kita memiliki ilmu, jika kita paham hakikat dakwah, jka kita dekat dengan Sang Pemberi amanah. Amanah ini tidak harus dibawakan dengan raut wajah tegang dan penuh goresan agenda. Pemahaman ini akan mengantarkan kita pada hari- hari yang indah dalam menjalankan amanah, tanpa harus merusak kebahagiaan orang lain. Semoga bermanfaat. (20/12san)

Dec 8, 2011

RESENSI

Mencoba Menyelami Kedalaman Lautan Cinta-Nya




Sungguh, segalanya akan menjadi indah karena cinta. Pandanglah setiap apa yang kita hadapi dengan cinta. Selesaikan segala perkara dunia-akhirat dengan cinta. Cinta yang bermula dari-Nya sang maha mencintai. Dialah sumber cinta dari segala yang ada di muka bumi. Semua tercipta dan ada di dunia karena hasrat cinta-Nya. Cinta-Nya adalah sumber kekuatan hidup
dan kehidupan.
SEGALA keindahan, pesona, dan keagungan yang hadir di hadapan kita dan menggetarkan jiwa kita adalah Cinta- Nya. Dialah Tuhan yang bersinggasana di atas batas cakrawala yang tak dapat dibayangkan oleh kekuatan akal dan imaji manusia. Adalah Dia yang selalu tersenyum dan melimpahkan kasih sayang-Nya tanpa batas, meski manusia berperang atas nama cinta kepada-Nya.

Tuhan sebagai pemilik cinta telah bersumpah kepada diri-Nya akan selalu menganugerahkan cinta-Nya yang tanpa batas. Dia tidak pernah melihat ciptaan-Nya dengan mata pilih kasih dan berpihak. Dia memiliki mata yang tajam setajam matahari. Matanya menembus ke dalam hati semua ciptaan-Nya. Hati-hati yang dipenuhi dengan cinta akan menjadi dekat dan damai. Akan melihat kehadiran-Nya di setiap penjuru. Pada sekuntum mawar yang merah merekah, pada langit biru, pada warna-warni pelangi, atau justru pada tsunami yang terlihat garang. Semuanya didorong oleh hasrat cinta –Nya yang tanpa batas kepada ciptaan-Nya.

Pada satu titik kesimpulan kita harus sama-sama mengikrarkan bahwa cinta-Nya bukan cinta biasa. Bukan cinta yang biasa dilafazkan sesama manusia. Bukan cinta yang sebatas mengasihi dan kemudian berkorban demi yang dicintai. Tasirun Sulaiman, penulis produktif (sudah menerbitkan 10 buku) dan alumnus Pondok Pesantren Gontor mencoba menjabarkan kedahsyatan cinta itu. Puisi dan cerita pendek Jalaluddin Rumi mencipta ide-idenya untuk menkanvas keajaiban cinta. Ya, bukan cinta biasa.

Permainan dunia dengan segala tipu dayanya terkadang menerbangkan manusia ke atas awang-awang kealfaan diri untuk mencintai-Nya. Di sisi lain ada sekelompok manusia yang mengaku sangat mencintai-Nya dan sudah yakin bahwa dirinya akan menghuni surga. Bukankah sejatinya cinta mengantarkan hamba-hamba-Nya untuk kembali menyadari bahwa Dialah yang Maha Agung maka lepaskanlah jeruji Kesombongan Diri. Sehingga pada batas waktunya hanya hamba yang ikhlas (murni) mencintailah yang akan merasakan kenikmatan segala balasan dari-Nya.

30 Renungan Cinta
Dalam buku ini Tasirun Sulaiman menghimpunkan 30 renungan cinta yang terinspirasi dari Jalaluddin Rumi. Pengemasan bahasa yang syarat makna dan dibingkai dengan terapan kisah-kisah para tokoh (berpengaruh) yang menghias setiap renungan buku ini memberi suplemen penguatan jiwa raga agar senantiasa menjalani hidup dan kehidupan di dunia dengan cinta.

Membaca serta menelaah baris demi baris, halaman demi halaman isi buku ini seumpama menyelami meter demi meter kedalaman lautan cinta-Nya. Perlahan bermula dari permukaan laut yang mengajak kita bercermin tetang keberadaan diri ini dari mana kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan, hingga ke mana akhir kehidupan ini kita tandaskan. Ya, manusia berlomba-lomba Mengejar Kesempurnaan menyadari apakah cinta yang kita semai akan mekar bersamaan dengan cinta-Nya.

Saat berada di tengah permukaan laut sesungguhnya kita berada pada kondisi peperangan batin karena godaan setan yang membisikkan tentang kenikmatan dunia (tahta, harta, wanita) berusaha menggoyah kekuatan cinta yang sedang kita sampaikan pada-Nya. Ketika benteng-benteng iman telah kokoh maka terjangan godaan setan sebesar apa pun tak akan mampu merobohkan pondasi-pondasi cinta yang mulai menggapai wujud-Nya. Dasar laut pun telah tergapai, kecintaan hamba akan menemu jawaban dari-Nya. Akankah Allah menyambut cinta kita? akankah cinta yang telah lama menunggu di sayup rindu ini terobati? Kedalaman lautan cinta-Nya telah kita selami, dasar pepasir pun telah tergenggam. Satu doa yang terpanjat, moga Allah mengijabah cinta kita.

Pengalaman spiritual Tasirun Sulaiman tentang pemaknaan sebuah cinta mensketsa imaji-imaji unik dalam buku ini. Penyampaian kisah cinta juga dicantumkan dalam buku ini. Akan tetapi ada masalah yang biasa dihadapi penullis dalam merangkai gagasannya. Adanya kata-kata istilah yang mengandung pemaknaan mendalam menjadikan pembaca awam sulit untuk menguasai aura cinta yang menggugah jiwa. Keluwesan alur cerita juga dirasa agak rumit dipahami mungkin karena pengaruh Tasirun Sulaiman yang lebih cenderung mengungkapkan gagasannya dalam bentuk ilmiah. Pembaca lebih menyukai bentuk cerita untuk memahami cinta.

Buku penggugah pembangkit hasrat cinta ini paling tidak dapat dijadikan sebagai media perenungan bagi Anda yang sedang berada dalam ruang kegundahan yang di dalamnya diselimuti cercah-cercah tanya sudahkah cinta ini berlabuh pada cinta-Nya? Semoga kegundahan itu juga termasuk tanda-tanda cinta-Nya. Akhinya mari kita nikmati sajian buku ini dengan segenap kerinduan dan kecintaan menyambut salam cinta-Nya. ( Mukhlis al-anshor)

Nov 30, 2011

Keajaiban Surat Al-Ikhlas




Ketika Memulakan Kerja
Bacalah ayat ini sebelum anda memulakan apa-apa saja kerja kerana dengan bacaan ini akan keluarlah iblis dan syaitan yang berada didalam tubuh kita dan juga di sekeliling kita, mereka akan berlari keluar umpama cacing kepanasan.
Sebelum Masuk Ke Rumah
Sebelum anda masuk rumah, bacalah surah Al-Ikhlas (sebanyak 3 kali. Masuklah rumah dengan kaki kanan dan dengan membaca bismillah. Berilah salam kepada anggota rumah dan sekiranya tiada orang di rumah berilah salam kerana malaikat rumah akan menyahut.
Amalkanlah bersolat kerana salam pertama (ianya wajib) yang diucapkan pada akhir solat akan membantu kita menjawab persoalan kubur. Apabila malaikat memberi salam, seorang yang jarang bersolat akan sukar menjawab salam tersebut. Tetapi bagi mereka yang kerap bersolat, amalan daripada salam yang diucap di akhir solat akan menolongnya menjawab salam malaikat itu.
Ketika Sakit
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud: Barangsiapa membaca surah Al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka dia tidak akan membusuk di dalam kuburnya, akan selamat dia dari kesempitan kuburnya dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke syurga. Demikian diterangkan dalam Tadzikaratul Qurthuby).
Khatam al-Quran
Rasulullah SAW pernah bertanya sebuah teka-teki kepada umatnya: Siapakah antara kamu yang dapat khatam Qur’an dalam jangka masa dua-tiga minit? Tiada seorang dari sahabatnya yang menjawab. Malah Saiyidina Ummar telah mengatakan bahawa ianya mustahil untuk mengatam Qur’an dalam begitu cepat.
Kemudiannya Saiyyidina Ali mengangkat tangannya. Saiyidina Ummar bersuara kepada Saiyidina Ali bahawa Saiyidina Ali (yang sedang kecil pada waktu itu) tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Lantas Saiyidina Ali membaca surah Al-Ikhlas tiga kali. Rasulullah SAW menjawab dengan mengatakan bahawa Saiyidina Ali betul.
Membaca surah Al-Ikhlas sekali ganjarannya sama dengan
membaca 10 jus kitab Al-Quran. Lalu dengan membaca surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali qatamlah Quran kerana ianya sama dengan membaca 30 jus Al-Quran.
Pahala Membacanya
Berkata Ibnu Abbas r.a. bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: Ketika saya (Rasulullah SAW) israk ke langit, maka saya telah melihat Arasy di atas 360,000 sendi dan jarak jauh antara satu sendi ke satu sendi ialah 300,000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap sendi itu terdapat padang sahara sebanyak 12,000 dan luasnya setiap satu padang Sahara itu seluas dari timur hingga ke barat.
Pada setiap padang sahara itu terdapat 80,000 malaikat yang mana kesemuanya membaca surah Al-Ikhlas. Setelah mereka selesai membaca surah tersebut maka berkata mereka: Wahai Tuhan kami, sesungguhnya pahala dari bacaan kami ini kami berikan kepada orang yang membaca surah Al-Ikhlas baik ianya lelaki mahupun perempuan.
Sabda Rasulullah SAW lagi: Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, sesungguhnya Qul Huwallahu Ahadu itu tertulis di sayap malaikat Jibrail a.s, Allahhus Somad itu tertulis di sayap malaikat Mikail a..s, Lamyalid walam yuulad tertulis pada sayap malaikat Izrail a.s, Walam yakullahu kufuwan ahadu tertulis pada sayap malaikat Israfil a..s.
Nota
Sampaikanlah ilmu ini kepada kawan2 yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah SAW: ‘Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat’. Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama:
(1) Sedekah/amal jariahnya,
(2) Doa anak-anaknya yang soleh dan
(3) Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.
…Wallahu a’lam

http://cahaya-iman.web.id/2009/04/keajaiban-surat-al-ikhlas/

Nov 28, 2011

RESENSI

Hidayah dari Sebuah Mimpi




NOVEL “Menatap Punggung Muhammad” sebenarnya adalah sebuah surat sepanjang 100 halaman yang ditulis oleh seseorang lelaki nonmuslim kepada kekasihnya, Azalea. Surat ini menceritakan kisah pencariannya terhadap makna dari mimpi yang tidak biasa dari biasanya yaitu mimpi bertemu Muhammad. Tokoh “Aku” dalam novel ini merasa tak pantas mendapatkannya, namun sosok Muhammad Sang Nabi sungguh mempesona.
Dalam kisah ini, tokoh “Aku” adalah seorang non-Muslim yang melakukan pencarian atau petualang setelah ia bermimpi bertemu dengan Muhammad Sang Nabi. Sebuah mimpi yang membangunkan kesadarannya, sebab dalam mimpi itu Muhammad berpesan padanya tentang kebaikan. Sesuatu yang ia tahu tak mungkin ia tolak siapa pun yang mengatakannya. Mulanya, ia berusaha menolak mimpi itu. Tetapi, semakin ia tolak, bayangan Muhammad dalam mimpinya semakin lekat dalam ingatannya. Hingga ia bagai mengalami kecanduan untuk mengenal sosok seorang Muhammad.

Entah bagaimana mimpi ini terus menerus membuatnya gelisah. Hingga ada semacam getar spiritual yang ia rasakan dalam hatinya, ia sama sekali merasa tak pantas menerimanya. Bila mimpi bertemu dengan Muhammad adalah mimpi yang suci bagi mereka yang Muslim, batinnya, mengapa mesti aku yang mendapatkannya? Sampai saatnya, ia memutuskan untuk memulai sebuah pencarian untuk menemukan Muhammad. Dalam pencarian yang panjang hingga ia meninggalkan seorang kekasih yang amat mencintainya, keluarga hingga karirnya sebuah hasrat besar untuk mengenal seseorang yang luar biasa pula.

"Apakah yang lebih besar dari iman?" Lalu kutatap lagi sosok lelaki yang tampak agung itu: Muhammad. "Kebaikan," katanya tiba-tiba, "Melebihi apa pun, adalah yang paling utama dari semuanya. Aku menyebutnya ihsan." Itulah mimpi yang didapat oleh tokoh "aku" dalam cerita ini, tokoh utama yang tidak akan kita ketahui jati dirinya sampai akhir cerita, tetapi telah mampu membuat hati dan diri kita bergetar hebat dan berurai air mata membaca suratnya. Penulis begitu baik menyampaikan setiap alur yang dilakukan oleh tokoh “Aku” hingga pastinya pembaca akan menemukan hal-hal atau peristiwa yang baru.

”Azalea, setan bisa menyamar menjadi Tuhan dan menyelinap ke dalam mimpi siapa saja. Tapi Muhammad, bahkan setan tak sanggup menjelma dan menirukan wajah dan sosoknya? Muhammad tentu sangat istimewa. Tetapi seberapa istimewakah dia?”

Novel ini mengajak kita berfikir, seberapa besar cinta kita pada Muhammad, seberapa banyak pengetahuan tentang Muhammad yang kita miliki, juga mengungkap hal-hal tentang kebaikan, mengapa kebaikan lebih utama dari iman, mengapa kelahiran Muhammad, kehadirannya di dunia, dalam lintasan sejarah, telah memberikan banyak hal bagi hidup. Ia bukan hanya seorang nabi bagi sebuah agama. Ia lebih dari itu.

”Azalea, tolonglah aku, aku tak bisa menghentikan diriku sendiri untuk mengagumi Muhammad!”
Inilah buku yang membuat pembaca akan merasa sangat malu karena "Aku" yang non-muslim mampu melakukan sebuah pencarian untuk lebih mengenal Rasulullah. Inilah buku yang dapat menyadarkan kita, bahwa kita masih belum mampu berbuat kebaikan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Kadang kita yang mengaku beragama Islam belum mampu meneladani sikap Rasulullah. Aku menatap punggung Muhammad yang menjauh.... Terus menjauh. Entah mengapa ada perasaan sedih yang teramat dalam saat ia meninggalkanku di tempat itu sendirian. Aku benar-benar tak rela melepasnya pergi...

Aku menatap pungungnya dan memanggilnya kembali dengan mata rinduku... dan inilah buku yang mampu membangkitkan kerinduan kita yang tak tertahankan akan hadirnya sosok agung Sang Rasulullah. Novel ini sangat baik dan mengajak kita merenungkan, menyibak tirai pikiran dan emosi negatif yang menutupi sumber cahaya Ilahi, baik yang ada di dalam diri sendiri maupun di alam semesta. Dengan membaca buku ini kita juga akan merasakan rindu kepada Muhammad seperti tokoh “Aku” yang ada di dalam cerita.
(WS)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/05/08/32983/hidayah_dari_sebuah_mimpi

Nov 27, 2011

Spirit Tahun Baru Hijriyah





Mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Baru saja kita memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1433 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1432 H. : " selamat jalan, selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".
Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.
Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya. Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan dzulhijjah.
Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.
Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.


http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=15&Itemid=1

Nov 19, 2011

Sastra

FLASH FICTION:



Karena masalah membuatku bertanya

Kehidupan menunjukkan sketsanya sendiri-sendiri di setiap lipatan waktu. Seseorang hanya menangkap sebagian realitasnya, sebagian lain menangkap realitas yang lain. Apa yang dapat ku maknai kata-kata itu, padahal aku sudah belajar mata kuliah semantik tapi tak jua ku temui artinya. Aikh,, ini bukan soal kata-kata tapi semangatku kian mengendur. Aktivitas kuliah mulai membuatku jengah, bukan sebab materi yang jarang ku dapatkan, tapi masalah waktu yang membuat ibadahku terancam. Belum lagi tentang setoran amalan yauman ; aku punya tanggung jawab!
Banyak sekali target yang harus ku penuhi, mulai rentetan tugas kuliah, jadwal kuliah yang padat, jadwal mengajar privat, deadline tulisan, bla.bla.bla.. aku harus berpacu dengan waktu atau aku harus menjinakkan waktu atau aku yang bergulung dengan waktu. Intinya aku ingin dapat meng-KO-kan waktu. Tapi aku yakin, ini bukan soalan yang hanya aku alami, semua masyarakat ilmiah (mahasiswa) pasti juga sedang bermasalah dengan urusan yang satu ini. Baiklah, sejenak aku harus menghela napas dan berpikir kembali, aku terfokus pada ibadah yaumanku. Aku kadang malu setiap melaporkan catatan ibadah. Apalagi pada shalat berjamaah, pasti tidak dapat mencapai target padahal pasti ada kenaikan target setiap bulannya. Otakku mulai berputar, imajiku semakin liar untuk menemukan jalan keluar dari masalah ini.
“Barang siapa yang menginginkan keluasan surga, maka hendaklah komitmen dengan jamaah.” (Cuplikan dari Hadist Shahih At-Tarmidzi 20/232, nomor hadits: 1758)
Ku temukan hadits itu dalam catatan Mentoring waktu SMA. Bagus ! ini ku buat sebagai motivasi untuk meningkatkan shalat jamaahku. Jadi teringat masa SMA dulu yang penuh dengan warna dan khas rohis yang tak terlupakan, alahai rindunya ! ku baca kalimat selanjutnya,
“Berjamaah itu rahmat dan bercerai berai itu azab.”(Shaihul Jami’ Ash-Shagir. Jilid 3, Hadits Nomor :3104)
Semakin ku liarkan ingatan masa SMA dulu yang mana selesai dapat materi itu kami selalu shalat berjamaah di mushallah, dari djuhur hingga ashar, lucunya ketika kami menolak untuk menjadi imam,
“ukh aja yang jadi imam, ane qomad aja yah”
“aduh ukh, ukh ajalah yang lebih banyak hapalannya, ane masih sedikit.”
“gak ah ukh, ukh aja. Pake ayat-ayat yang pendek aja ukh supaya cepet keburu bel masuk tuh belum lagi kita makan siang.”
“ihhh ukh inilah nanti gantian yah, yaudah buruan qomad!”
“hhe, alhamdulillah.” Desahku merajut kemenangan.
Setelah lulus dan mengenyam bangku kuliah aku semakin jarang shalat berjamaah, di rumah hanya aku dan ibu, masing-masing dari kami baru ketemu ba’da isya. Di kampus kebanyakan masuk kelas, Masjid nun jauh disana, di mushallah jarang ada jamaah, sebabnya yah sulit untuk dilakuin masing-masing dari mahasiswi punya waktu berbeda, temen satu kelas juga susah ngaturnya. Inti dari masalahnya adalah WAKTU. Mau shalat juga sering ngaret. Menyelamatkan shalat saja sudah syukur alhamdulillah.
“Berjemaah itu memang rahmat. Rahmat dalam keakraban, rahmat dalam musyawarah, rahmat dalam meninggikan keimanan, rahmat dalam itsar ’mengutamakan saudara dengan mengalahkan diri sendiri’ dan rahmat saling tolong menolong. Semua itu didapatkan dalam jamaah yang diikat oleh ukhuwah fillah.”
Kalimat ini ku baca dari sebuah buku, alasan aku berhenti berpikir dengan membaca, sebab dengan begitu aku berharap mendapat motivasi yang baru untuk memacu semangatku.
“Rasulullah saw. Telah memperingatkan kaumnya dari kerja infrirodi:individual. ‘sesungguhnya serigala akan memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya,” itulah nasihat Rasulullah tentang pentingnya kebersamaan.”
Aku mulai bergidik membaca kalimat demi kalimat khasiat dari berjamaah,.
“Apabila seorang mukmin sendirian (tidak berjemaah), maka kemungkinan besar akan mengalami penurunan keimanan, yang berlanjut dengan munculnya “kefuturan”. Kemudian hal ini akan berakhir pada kelalaian (ghoflah).”
Batinku kini yang merinding. Aku harus berubah, walau dengan amalan yang kecil, bukankah dari yang kecil lama-kelaman akan membesar? Dan aku yakin, dengan berjemaah, insyaallah kita reguk kenikmatan surga.

(ws)

Aug 15, 2011

SUSUNAN KEPENGURUSAN UKMI AR- RAHMAN FBS 2011- 2012

SUSUNAN KEPENGURUSAN UKMI AR- RAHMAN FBS 2011- 2012

Leko Muhayya Koordinator FBS/P. Seni rupa/2010
Justianus Tarigan Sekretaris FBS/P. B. Indo/2010
Widya Sari Lubis Bendahara FBS/P. B. Jer/ 2010

Departemen Rekruitmen dan Pembinaan Kader (RPK)

Irwan Syahputra Koordinator FBS/B. Ing/2010
Melda Febrianti Sekretaris FBS/ B. Jer/ 2010
Muhammad Yusuf Staff FBS/ Sendratasik/2010
Mukhlis Al-Anshor Staff FBS/B. Indo/2010
Karmila Sari Ritonga Staff FBS/ B. Ing/ 2010
Aisyah Staff FBS/ B. Jer/ 2010

Departemen Syi’ar dan Pelayanan Kampus (SPK)

Ali Muis Dongoran Koordinator FBS/B. Ing/2010
Ade Triwanna Lubis Sekretaris FBS/ B. Jer/ 2010
Eka Brenta Sembiring Staff FBS/B. Indo/2010
Ryan Dalion Staff FBS/B. Jer/2010
Winda Sriana Staff FBS/ B. Ind/ 2010
Ida Marohana Staff FBS/ Seni Tari/ 2010
Dewi Apriani Staff FBS/ B. Ind/ 2010
Suci Muslihani D. Staff FBS/ B. Ing/ 2010
Sakinah Annisa Mariz Staff FBS/ B. Ind/ 2010
Ulfa Zaini Staff FBS/ B. Ind/ 2010
Siti Nurhayati Staff FBS/ S. Ing/ 2010

Departemen Keputrian

Nurwidasari Lubis Koordinator FBS/ B. Ind/ 2009
Nur Irma Sari Dewi Sekretaris FBS/ B. Jer/ 2010
Fitrah Nur Aidillah Staff FBS/ B. Ind/ 2010
Murni Tinambunan Staff FBS/ B. Pran/ 2010
Maharani Nainggolan Staff FBS/ B. Ind/ 2009
Siti Rabi’ah Staff FBS/ B. Jer/ 2010
Fathur Rizki Arifiani Staff FBS/ B. Ing/ 2010

Jun 15, 2011

Announcement:

1. Pembayaran SPP Mahasiswa Lama 20 Juni-29 Juli 2011.
2. KRS Online 25 Juli-12 Agustus 2011.
3. PPL 25 Juli-15 Oktober 2011.
4. PAMB 10, 11, 12 Agustus 2011.
5. Perkuliahan Semester Ganjil 15 Agustus-17 Desember 2011.
6. Libur Idul Fitri 26 Agustus-03 September 2011.
7. Wisuda 19-20 Oktober 2011.

Dto.
a.n. Rektor Universitas Negeri Medan
PR I Universitas Negeri Medan

Halaqoh Usbu’iyah Muntijah - Majlis Pekanan Yang Ideal.

Copy from Islamedia.

Halaqoh Usbu’iyah (majlis pekanan) adalah salah satu sarana terpenting diantara Wasail tarbawi yang ada, bukanlah disebut tarbiyah tanpa adanya halaqoh, ia adalah asas (dasar) dari tarbiyah, dan ia adalah pondasi tegaknya dan terlaksananya seluruh agenda tarbawiyah, jika halaqohnya kuat, maka dia akan memiliki daya dorong yang kuat pula bagi terlaksananya agenda tarbawiyah, jika halaqohnya lemah maka efek yang akan ditimbulkan adalah tersendatnya, bahkan tak terlaksananya agenda tarbawiyah dengan baik.



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS 58.Al Mujadilah – Ayat 11]
Lalu halaqoh yang bagaimanakah yang dimaksud :
Ciri-ciri Halaqoh Usbu’iyah Muntijah

1. Halaqoh Imaniyah : Halaqoh yang mampu meningkatkan keimanan para anggotanya, maka program yang menunjang peningkatan keimanan harus berjalan , salah satunya adalah programTilawatil Qur,an dan menghafalnya .

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[QS 8.Al Anfal – Ayat 2 ]


2.Halaqoh ‘ubudiyah shohihah : Halaqoh harus memutaba’ah (evaluasi) ibadah yang dilakukan oleh para anggotanya untuk memastikan bahwa ibadah anggota halaqoh dalam keadaan baik sebagai refleksi keimanan yang terus bertambah.bagaimana sholat berjamaahnya,sholat sunnahnya, shaum sunnahnya, dzikir ma’tsurotnya ,mabit (katibah) dll.
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. [QS 73.Al Muzzammil – Ayat 8 ]



3. Halaqoh ‘Ilmiyah Tsaqofiyah : Halaqoh harus memiliki program Ilmiyah, seperti bedah buku, atau sesekali menghadirkan murobbi tamu untuk mengajarkan satu bidang ilmu.atau halaqoh dapat memberikan dorongan motivasi bagi anggotanya untuk menuntut ilmu syar’I atau ilmu lainnya seperti politik,social, pendidikan dll. dalam rangka membentuk kader berkwalitas baik ilmu dan wawasannya.


Rasululloh SAW bersabda :
” Idza Aradallohu biabdi khoiron ,Ayyatafaqqohu Fiddiin “
Artinya : "Jika Alloh meghendaki kebaikan atas seorang hamba maka :dijadikanlah dia faqih (faham) terhadap agamanya “.

4. Halaqoh Ukhuwah Imaniyah : Halaqoh harus mampu menyatukan hati(Irthibatul Qulub) para anggotanya dengan program-program ukhuwah, setiap anggota halaqoh harus bertaaruf (saling mengenal) satu dengan yang lainnya,saling memahami (tafahum) diantara mereka, hingga sampai kepada tingkatan saling menanggung (Takaful), atau Saling menolong satu dengan yang lainnya ( Taawun).untuk mewujukan rasa ukhuwah diantara mereka.Adapun program yang dapat dilakukan diantaranya Rihlah ,olahraga bersama (Riyadhoh), Saling mengunjungi (Ziaroh), makan bersama, Iftor jamai (buka puasa bersama) dengan demikian akan tercipta rasa rindu diantara mereka jika tak bertemu.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 103 ]


5. Halaqoh da,wiyah wal harokiyah : Halaqoh harus mampu membangun kesadaran berdakwah dan berharokah kepada para anggotanya, karena itulah sesungguhnya misi utama dari halaqoh usbu’iyah,jika halaqoh tak mampu melahirkan kader dakwah ibarat pohon yang tak berbuah, ibarat telur yang dierami tak pernah menetas (mungkin telurnya busuk) , atau ibarat menikah tak jua punya anak.

Firman Alloh SWT dalam surat Ali Imron ayat 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَاداً لِّي مِن دُونِ اللّهِ وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.[QS 3.Ali ‘Imran – Ayat 79]


Atau hadits nabi “ Khoirukum manta’alamal Qur ana wa’alamahu (Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Alqur,an dan mengajarkannya).

Dengan melaksanakan unsur-unsur diatas secara maksimal maka sebuah halaqoh akan menjadi pertemuan yang dinanti, memberikan rasa aman dan nyaman bagi para anggotanya, bahkan dia mirip sebuah hubungan keluarga, dan merasa ada keterikatam dan keterkaitan antara mereka.

Namun jika halaqoh tidak memenuhi unsur –unsur diatas maka dikhawatirkan akan menjadi sebuah pertemuan yang monoton, menjemukan dan memiliki kecenderungan dan potensi futur yang besar pagi para anggotanya.

Wallohu 'alam,
http://islamediaonline.files.wordpress.com/2011/05/mridwan.jpg
Ustadz Muhammad Ridwan

May 26, 2011

AIR KOPI, GULA DAN DANAU

Ada seorang bijak yang hidup di jaman dahulu kala, dimana beliau dikenal sebagai seorang yang bijaksana oleh masyarakat sekitarnya.
Lalu suatu hari datang seorang pria yang merasa hidupnya sial , bermasalah.
Dalam keadaan hati yang tak menentu pria ini datang ke orang bijak tersebut.
Setelah menceritakan segala keluhannya, si bijak mengajak pria tersebut ke sebuah danau, yang airnya bening segar.
Kemudian si bijak ini mengambil air di danau tersebut dua gelas.
Terisi yang satu diisi segenggam gula manis.
Yang satunya diisi kopi yang pahit
Dan genggaman gula dan kopi yang lain ditaburkan ke danau itu.
Setelah itu diberikannya gelas tersebut ke pria itu , dan menyuruh meminumnya.
Berkata si bijak “Bagaimanakah rasa air yang diberikan bubuk kopi itu ?”
Pria “Terasa pahit sekali dan tidak mengenakkan”
Si bijak “Bagaimanakah dengan gelas yang terisi gula itu ? “
Pria “Terasa manis dan menyenangkan “
Lalu si bijak mengajak pria itu mencicipi air yang ada di telaga.
Berkatalah si pria
“Ini hanya tetap terasa air bening yang segar meski kau taburkan genggaman gula dan kopi”
Berkatalah si bijak “Itulah kehidupan, ada kalanya kita merasakan kepahitan, ada kalanya kita merasakan kemanisan. Maka bukalah hati kita ini seluas danau nan bening,, sehingga apapun pahit dan manis tetap akan berasa air bening yang menyegarkan. Jadi bersikaplah seperti air danau ini agar masalah teratasi dengan jernih, tenang dan menyegarkan."

May 17, 2011

Sirah Sahabat : Zubair Bin Awwam

Sirah sahabat edisi kali ini akan membicarakan seorang sahabat assabiquunal awwaluun. Dia masuk Islam pada usianya yang masih muda, 15 tahun. Ya, sahabat itu bernama Zubair bin Awwam. Mari kita ikuti sirah sahabat yang satu ini

***

Setiap kali nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut. Dan setiap kali disebut nama Zubair, nama Thalhah pun pasti disebut.

Sewaktu Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Sudah sejak lama Nabi SAW bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”

Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zaubair, juga bibi Rasulullah.

Thalhah dan Zubair mempunyai banyak kesamaan dalam menjalani roda kehidupan. Masa remaja, kekayaan, kedermawanan, keteguhan dalam beragama dan keberanian mereka hampir sama. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, dan termasuk sepuluh orang yang dikabarkan oleh Rasul masuk surga, termasuk enam orang yang diamanahi Khalifah Umar untuk memilih khalifah pengganti. Bahkan, hingga saat kematian keduanya sama persis.

Seperti yang telah kita sebutkan, Zubair termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, karena ia termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam, dan sebagai perintis perjuangan di rumah Arqam. Usianya waktu itu baru 15 tahun. Ia telah diebri petunjuk, cahaya, dan kebaikan saat remaja.

Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.

Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.

Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur.

Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.

Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.”

Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”

Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti.

Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti keberanian dan kepahlawanannya.

Marilah kita dengarkan cerita seorang rekannya yang melihat bekas luka yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya.

“Aku pernah bersama Zubair bin Awwam dalam satu perjalanan dan aku melihat tubuhnya. Ada banyak bekas sabetan pedang. Di dadanya ada beberapa lubang bekas tusukan tombak dan anak panah. Aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, yang kulihat ditubuhmu belum pernah kulihat di tubuh orang lain.’ Ia menjawab, “Demi Allah, semua luka-luka ini kudapat bersama Rasulullah dalam peperangan membela agama Allah.”

Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan Rasulullah memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerbu Madinah.

Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.

Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya.

Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Karena itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan mereka syahid.”

Ada yang diberi nama Abdullah dari nama Abdullah bin Jahsy. Ada yang diberi nama Mundzir dari nama Mundzir bin Amru. Ada yang diberi nama Urwah dari nama Urwah bin Amru. Ada yang diberi nama Hamzah dari nama Hamzah bin Abdul Muthalib. Ada yang diberi nama Ja’far dari nama Ja’far bin Abi Thalib. Ada yang diberi nama Mushab dari nama Mushab bin Umair. Ada yang diberi nama Khalid dari nama Khalid bin Sa’id. Seperti itulah, semua anaknya diberi nama dengan nama-nama para syuhada dengan harapan bisa syahid seperti mereka.

Disebutkan dalam buku sejarah, “Zubair tidak pernah menjadi bupati atau gubernur. Tidak pernah menjadi petugas penarik pajak atau cukai. Ia tidak pernah menduduki jabatan kecuali sebagai pejuang perang membela agama Allah.”

Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang.

Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.

Ia melihat gugurnya sang paman, yaitu Hamzah, di Perang Uhud, di Perang Uhud. Ia juga melihat bagaimana tubuh pamannya dicabik-cabik oleh pasukan kafir. Ia berdiri dekat jenazah sang paman. Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat. Hanya satu yang dipikirkannya, yaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.

***

Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.

***

Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.

Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.

Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika melukiskan sifat-sifatnya.

Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati

Atas petunjuk Nabi ia berbakti

Dialah sang pembela sejati

Kata dan perbuatannya bagai merpati



Di jalan Nabi, ia berjalan

Bela kebenaran sebagai tujuan



Jika api peperangan sudah menyala

Dialah penunggang kuda tiada dua

Dialah pejuang tak kenal menyerah



Dengan Rasul, masih keluarga

Terhadap Islam, selalu membela



Pedangnya selalu siaga

Kala Rasul dihadang bahaya

Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya

Memberi pahala tiada terkira

***



Ia seorang yang bebrudi tinggi dan berakhlak mulia. Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan.



Ia seorang pebisnis sukses. Harta kekayaannya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam hingga saat mati mempunyai utang.

Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena dermawannya, sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya u. Islam.

Sebelum meninggal, ia berpesan kepada anaknya untuk melunasi utang-utangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada pelindungku.”

Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”

Zubair menajwab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”

Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar utangnya, aku berkata, ‘Wahai Pelindung Zubair, lunasilah utangnya.’ Maka Allah melunasi utangnya.”

Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir.

Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair.

Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair.

Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”

Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”

***

Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair?

Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.

Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wasallam..

May 13, 2011

JALAN HIDUP

Ketika dunia terasa sempit dan sesak
Ada tempat yang lebih lapang dan sejuk

Ketika hidup terasa tak adil
Ada saat di mana satu orang pun tak bisa berbohong

Ketika hanya orang kuat yang berkuasa
Ada satu Dzat yang paling hebat dan tak terkalahkan

Ketika penyakit mendera badan tak henti
Ada waktu di mana kita tak merasakan apa –apa

Ketika orang yang tak bersalah dianiaya
Ada tawa riang yang akan menunggu

Ketika hidup terasa tak berguna
Ada masa di mana setiap detik kehidupan terasa begitu berarti

Ketika persoalan hidup begitu menghimpit
Ada seribu paket solusi yang selalu menanti

Ketika cinta selalu mengurai air mata
Ada satu cinta yang selalu setia

Ketika orang yang dipercaya meretak hati
Ada Kekasih setia yang selalu siaga

Ketika ruang terasa gelap gulita
Ada cahaya yang tak pernah redup


Namun…
Ketika nafas telah sapai di tenggorokan,
Mencekik leher dan menghimpit..
Takkan ada waktu menyesali hidup..
Takkan ada waktu bahkan satu detik pun untuk memperbaikinya..


“Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan”
_Redaksi_

Apr 17, 2011

Rezim Pengecut Suriah “Sok Jago” Terhadap Rakyatnya

Kaum Muslim Suriah masih turun ke jalan-jalan dalam rangka memprotes terhadap rezim yang memaksa mereka menelan pil kehinaan, padahal mereka adalah umat yang mulia; serta memaksa mereka berselimut ketakutan dan kelaparan, padahal mereka adalah umat terbaik. Rezim masih bertindak represif dan tiran terhadap mereka yang melakukan aksi demonstrasi dengan damai, yang menuntut diakhirinya kezaliman dan era keburukan hidup yang menyelimuti mereka. Dan rezim pun masih menyiksa mereka di tengah-tengah butanya media dan bisunya para penguasa negara-negara Arab yang menjadi boneka, dan berkonspirasi dengan imperialis internasional.

Tindakan-tindakan represif yang dilakukan rezim ini, diungkap oleh jaringan “Syam” di Facebook, dan disebarkan oleh TV satelit beberapa gambar video tentang sekelompok aparat keamanan Suriah, yang melepas diri dari rakyat dan umatnya, mereka lebih senang menjadi pedang yang dikalungkan di leher rakyat, serta lebih suka menjadi alat yang tuli dan bisu di tangan orang zalim dan tirani. Potongan gambar video itu mengungkap tindakan kejam para aparat keamanan di al-Baidhah dekat Banias, yang membanggakan diri dan menari-nari, sambil menginjak-injak kepala para tahanan yang dibelenggu dengan sepatu mereka; memukuli wajah dan punggung mereka dengan cara yang tidak pantas dilakukan oleh seorang manusia, apalagi yang mengklaim Muslim dan beriman. Maka, celakalah mereka dengan perbuatan terburuk yang dilakukannya.

Perbuatan-perbuatan buruk seperti ini tidak pantas dilakukan, kecuali oleh binatang, dan orang yang sudah tidak memiliki nilai apapun karena kebenciannya terhadap kaum Muslim. Kenyataan ini mengungkapkan tentang kebenaran bahwa rezim ini telah memberikan kontribusi selama puluhan tahun untuk melindungi keamanan Yahudi dan kepentingan Amerika. Dan rezim ini bersembunyi di balik kedok oposisi yang palsu. Sehingga untuk mewujudkan semua itu, rezim ini pun bertindak represif terhadap rakyat Suriah, dan memerangi setiap orang yang menyerukan kepada Khilafah dan Islam.

Sesungguhnya rakyat Suriah hari ini, sama seperti saudara-saudara mereka di Libya dan Yaman. Pertama, mereka sedang mencari di antara para tentara yang di hatinya masih tersisa keimanan dan keikhlasan, supaya membantu mereka dalam menghadapi para penguasa tiran, budak kaum kafir imperialis, serta musuh Islam dan kaum Muslim. Selanjutnya membuka topeng yang menutupi kebusukan rezim ini, dan melenyapkan semua kejahatannya.

Kedua, mereka sedang mencari saudara-saudara mereka di negara-negara sekitarnya agar menggunakan kekuatan dan menyelamatkan mereka dari ujian yang sedang mereka alami. Artinya, mereka begitu berharap bantuan dan pertolongan dari kaum Muslim yang lain, khususnya yang berada di negara-negara sekitarnya.

Sungguh, fase sejarah yang dialami umat ini membutuhkan setiap yang memiliki kekuatan dan pengaruh supaya memberikan semua yang dimiliki untuk melayani umat yang mulia ini, dan meninggikan statusnya hingga dapat mencapai perubahan yang sesungguhnya, yang akan mencabut pengaruh kaum imperialis Barat, dan para penguasa negeri-negeri Islam yang menjadi ekornya, sampai tidak tersisa sedikit pun; menggunakan semua kekuatan itu untuk membantu mereka yang berusaha menegakkan Khilafah, yang hanya dengannya kaum Muslim akan kembali mulia, dan kembali menjadi umat yang terbaik di dunia. Dan hanya untuk aktivitas seperti inilah seharusnya kaum Muslim berkerja dan berlomba.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. Sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.” (TQS. Al-Anfal [8] : 24).

http://pendidikan-islam.com/rezim-pengecut-suriah-%E2%80%9Csok-jago%E2%80%9D-terhadap-rakyatnya.html