Oleh: Nurhasanah Sidabalok*
Semua
bergembira menyambut kedatangan bulan mulia. Tua- muda, miskin- kaya,
berkeluarga- single, orang desa- orang kota, kulit hitam- kulit putih,
dan semua dengan karakter yang berbeda yang dimiliki menghadirkan sejuta senyum
untuk sebuah tamu agung. Berbagai persiapan dilakukan untuk mendapatkan semua
bonus yang menggiurkan di event tahunan terbesar ini. Tak terkecuali ADK
(Aktivis Dakwah Kampus). Bagaimana para ADK menyambut dan menjalani Ramadhan,
secara mereka dikenal dengan seabrek kegiatannya?
Ramadhan
tahun ini bersamaan dengan pendaftaran ulang mahasiswa baru dan segala tetek-
bengek yang berkaiatan dengan mahasiswa baru, regular maupun ekstensi. Seperti
tahun- tahun sebelumnya, ADK telah merancang berbagai program kegiatan
khususnya kepada mahasiswa baru. Mulai dari pelayanan daftar ulang melalui
proses yang tidak sebentar, sosialisasi KRS, hingga ke acara PAMB yang diusung
oleh pemerintahan mahasiswa bekerjasama dengan UKM. Tidak hanya itu, mengingat
penerimaan mahasiswa baru bersamaan dengan Ramadhan, maka momen ini tidak bisa
dilewatkan begitu saja. Kajian Ramadhan dan temu ramah yang bersifat
kekeluargaan tampaknya menjadi santapan segar bagi mahasiswa baru yang sebagian
besar berasal dari luar daerah.
Tidak
bisa dielakkan. Tersitanya waktu dan pikiran untuk mengurus kegiatan- kegiatan
itu menjadi resiko bagi seorang ADK.
Ramadhan tidak lagi bersama dengan keluarga mengingat banyaknya agenda yang
harus dipikirkan dan disyuro’kan bersama yang lain. Ramadhan yang
mestinya adalah saat- saat memuncaknya semangat ibadah serta teralokasikan
waktu untuk memperbanyak tilawah, hafalan, serta amalan sunnah lainnya, namun
ADK punya tanggung- jawab lain. Hingga di sana sini terjadi ketimpangan. Target
tilawah tak lagi tercapai, shalat sunnah tidak ada yang meningkat dari bulan
biasa, shalat tarawih dengan setengah mata terpejam, bibir yang kering dari
dzikir, serta keadaan memperihatinkan lainnya.
Beginikah
seorang ADK memperlakukan Ramadhan? Kita akhirnya tersadar. Bukan. Bukan
begini. Lalu kita ingin salahkan agenda- agenda ini? Tidak. Tidak seharusnya
begitu. Lalu, siapa yang bertanggungjawab atas ketidakmaksimalan ibadah ADK di
bulan Ramadhan?
Hadirkan
ADK Berdisiplin
ADK
sudah tertarbiyah. Itu yang sama- sama telah kita pahami. Mengenai
jangaka waktunya, tidak perlu kita permasalahkan. Siapa yang mentarbiyah
(murabbi) dia, bukan menjadi urusan kita. Bagaimana keaktifan tarbiyah
dia, ini juga tidak perlu kita bahas di sini.
Tidak
berlebihan, ADK sepatutnya mampu memahami Ramadhan lebih dari mereka yang tidak
tertarbiyah. Keseharian ADK yang bergumul dengan agenda seyogyanya
menjadi nilai plus bagi mereka ketika dipertemukan dengan Ramadhan.
Kondisi ADK yang telah dipaparkan diatas menjadi satu hal yang patut kita soroti
bersama untuk menghadirkan ADK yang agenda dakwahnya berjalan lancar serta
ruhiyahnya juga meningkat kualitasnya.
Jauh-
jauh hari tarbiyah telah mengajarkan kita tentang disiplin. Bahkan dalam
kehidupan sehari- hari, shalat yang kita dirikan sudah membantu kita untuk
menjadi pribadi yang disiplin. Agenda dakwah terus beruntun seolah- olah enggan
melihat kita nyantai barang sebentar. Semuanya ingin diperhatikan ketika
orang yang diharapkan untuk memberikan perhatian ternyata tidak seberapa. Maka
terjadilah atraksi sikut sana- sikut sini, pegang ini- pegang itu. Lantas atas
kondisi ini, relakah jika ibadah kita yang terkorbankan? Tentu saja tidak.
Untuk
itu, perlu ada perhatian khusus berkaitan dengan kondisi yang menimpa ADK ini.
Persiapan individu adalah senjata yang paling ampuh. ADK hendaknya mampu
menunjukkan efek dari kedisiplinan shalat wajibnya dalam menjalankan berbagai
agenda dakwah. Perlu adanya manajeman yang baik untuk mengatur semua agenda
yang tidak sedikit dengan berbagai targetan amalan di bulan Ramadhan.
Keseriusan dari ADK untuk tidak menzhalimi siapapun dan apapun atas
ketidakdisiplinannya. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menghandle semua itu adalah kekuatan terbesar.
Ramadhan
ala ADK bukan hanya hadirnya dalam setiap pelayanan mahasiswa baru, namun juga hinggapnya
rasa cinta pada saudaranya seiman.
Ramadhan
ala ADK bukan hanya diisi dengan syuro’ membahas program kerja, namun
juga diiringi dengan peningkatan jumlah tilawah.
Malam
Ramadhan ala ADK tidak hanya disibukkan dengan konsepan acara yang akan
diadakan dalam openhouse, namun
juga kekhusyukan berkhalwat dengan Rabbnya.
Siang
Ramadhan ala ADK bukan hanya membicarakan targetan rekrutmen periode ini, namun
juga upaya penggalangan dana untuk saudaranya yang ditimpa musibah (Padang
dan Rohingnya semoga dilindungi Allah).
Ramadhan
ala ADK bebas dari menggunjing.
Ramadhan
ala ADK saatnya menjalin ukhuwah yang indah.
Ramadhan
ala ADK tularkan semangat ibadah pada saudaranya.
Ramadhan
ala ADK, BEDA!
Kepada
pengurus UKMI Ar- Rahman UNIMED: “Selaraskan dakwah dan tilawah”!
*Mahasiswa B. Inggris UNIMED, Pengurus UKMI Ar- Rahman