Pages

Nov 30, 2011

Keajaiban Surat Al-Ikhlas




Ketika Memulakan Kerja
Bacalah ayat ini sebelum anda memulakan apa-apa saja kerja kerana dengan bacaan ini akan keluarlah iblis dan syaitan yang berada didalam tubuh kita dan juga di sekeliling kita, mereka akan berlari keluar umpama cacing kepanasan.
Sebelum Masuk Ke Rumah
Sebelum anda masuk rumah, bacalah surah Al-Ikhlas (sebanyak 3 kali. Masuklah rumah dengan kaki kanan dan dengan membaca bismillah. Berilah salam kepada anggota rumah dan sekiranya tiada orang di rumah berilah salam kerana malaikat rumah akan menyahut.
Amalkanlah bersolat kerana salam pertama (ianya wajib) yang diucapkan pada akhir solat akan membantu kita menjawab persoalan kubur. Apabila malaikat memberi salam, seorang yang jarang bersolat akan sukar menjawab salam tersebut. Tetapi bagi mereka yang kerap bersolat, amalan daripada salam yang diucap di akhir solat akan menolongnya menjawab salam malaikat itu.
Ketika Sakit
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud: Barangsiapa membaca surah Al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka dia tidak akan membusuk di dalam kuburnya, akan selamat dia dari kesempitan kuburnya dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke syurga. Demikian diterangkan dalam Tadzikaratul Qurthuby).
Khatam al-Quran
Rasulullah SAW pernah bertanya sebuah teka-teki kepada umatnya: Siapakah antara kamu yang dapat khatam Qur’an dalam jangka masa dua-tiga minit? Tiada seorang dari sahabatnya yang menjawab. Malah Saiyidina Ummar telah mengatakan bahawa ianya mustahil untuk mengatam Qur’an dalam begitu cepat.
Kemudiannya Saiyyidina Ali mengangkat tangannya. Saiyidina Ummar bersuara kepada Saiyidina Ali bahawa Saiyidina Ali (yang sedang kecil pada waktu itu) tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Lantas Saiyidina Ali membaca surah Al-Ikhlas tiga kali. Rasulullah SAW menjawab dengan mengatakan bahawa Saiyidina Ali betul.
Membaca surah Al-Ikhlas sekali ganjarannya sama dengan
membaca 10 jus kitab Al-Quran. Lalu dengan membaca surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali qatamlah Quran kerana ianya sama dengan membaca 30 jus Al-Quran.
Pahala Membacanya
Berkata Ibnu Abbas r.a. bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: Ketika saya (Rasulullah SAW) israk ke langit, maka saya telah melihat Arasy di atas 360,000 sendi dan jarak jauh antara satu sendi ke satu sendi ialah 300,000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap sendi itu terdapat padang sahara sebanyak 12,000 dan luasnya setiap satu padang Sahara itu seluas dari timur hingga ke barat.
Pada setiap padang sahara itu terdapat 80,000 malaikat yang mana kesemuanya membaca surah Al-Ikhlas. Setelah mereka selesai membaca surah tersebut maka berkata mereka: Wahai Tuhan kami, sesungguhnya pahala dari bacaan kami ini kami berikan kepada orang yang membaca surah Al-Ikhlas baik ianya lelaki mahupun perempuan.
Sabda Rasulullah SAW lagi: Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, sesungguhnya Qul Huwallahu Ahadu itu tertulis di sayap malaikat Jibrail a.s, Allahhus Somad itu tertulis di sayap malaikat Mikail a..s, Lamyalid walam yuulad tertulis pada sayap malaikat Izrail a.s, Walam yakullahu kufuwan ahadu tertulis pada sayap malaikat Israfil a..s.
Nota
Sampaikanlah ilmu ini kepada kawan2 yang lain. Sepertimana sabda Rasulullah SAW: ‘Sampaikanlah pesananku walaupun satu ayat’. Sesungguhnya apabila matinya seseorang anak Adam itu, hanya 3 perkara yang akan dibawanya bersama:
(1) Sedekah/amal jariahnya,
(2) Doa anak-anaknya yang soleh dan
(3) Ilmu yang bermanfaat yang disampaikannya kepada orang lain.
…Wallahu a’lam

http://cahaya-iman.web.id/2009/04/keajaiban-surat-al-ikhlas/

Nov 28, 2011

RESENSI

Hidayah dari Sebuah Mimpi




NOVEL “Menatap Punggung Muhammad” sebenarnya adalah sebuah surat sepanjang 100 halaman yang ditulis oleh seseorang lelaki nonmuslim kepada kekasihnya, Azalea. Surat ini menceritakan kisah pencariannya terhadap makna dari mimpi yang tidak biasa dari biasanya yaitu mimpi bertemu Muhammad. Tokoh “Aku” dalam novel ini merasa tak pantas mendapatkannya, namun sosok Muhammad Sang Nabi sungguh mempesona.
Dalam kisah ini, tokoh “Aku” adalah seorang non-Muslim yang melakukan pencarian atau petualang setelah ia bermimpi bertemu dengan Muhammad Sang Nabi. Sebuah mimpi yang membangunkan kesadarannya, sebab dalam mimpi itu Muhammad berpesan padanya tentang kebaikan. Sesuatu yang ia tahu tak mungkin ia tolak siapa pun yang mengatakannya. Mulanya, ia berusaha menolak mimpi itu. Tetapi, semakin ia tolak, bayangan Muhammad dalam mimpinya semakin lekat dalam ingatannya. Hingga ia bagai mengalami kecanduan untuk mengenal sosok seorang Muhammad.

Entah bagaimana mimpi ini terus menerus membuatnya gelisah. Hingga ada semacam getar spiritual yang ia rasakan dalam hatinya, ia sama sekali merasa tak pantas menerimanya. Bila mimpi bertemu dengan Muhammad adalah mimpi yang suci bagi mereka yang Muslim, batinnya, mengapa mesti aku yang mendapatkannya? Sampai saatnya, ia memutuskan untuk memulai sebuah pencarian untuk menemukan Muhammad. Dalam pencarian yang panjang hingga ia meninggalkan seorang kekasih yang amat mencintainya, keluarga hingga karirnya sebuah hasrat besar untuk mengenal seseorang yang luar biasa pula.

"Apakah yang lebih besar dari iman?" Lalu kutatap lagi sosok lelaki yang tampak agung itu: Muhammad. "Kebaikan," katanya tiba-tiba, "Melebihi apa pun, adalah yang paling utama dari semuanya. Aku menyebutnya ihsan." Itulah mimpi yang didapat oleh tokoh "aku" dalam cerita ini, tokoh utama yang tidak akan kita ketahui jati dirinya sampai akhir cerita, tetapi telah mampu membuat hati dan diri kita bergetar hebat dan berurai air mata membaca suratnya. Penulis begitu baik menyampaikan setiap alur yang dilakukan oleh tokoh “Aku” hingga pastinya pembaca akan menemukan hal-hal atau peristiwa yang baru.

”Azalea, setan bisa menyamar menjadi Tuhan dan menyelinap ke dalam mimpi siapa saja. Tapi Muhammad, bahkan setan tak sanggup menjelma dan menirukan wajah dan sosoknya? Muhammad tentu sangat istimewa. Tetapi seberapa istimewakah dia?”

Novel ini mengajak kita berfikir, seberapa besar cinta kita pada Muhammad, seberapa banyak pengetahuan tentang Muhammad yang kita miliki, juga mengungkap hal-hal tentang kebaikan, mengapa kebaikan lebih utama dari iman, mengapa kelahiran Muhammad, kehadirannya di dunia, dalam lintasan sejarah, telah memberikan banyak hal bagi hidup. Ia bukan hanya seorang nabi bagi sebuah agama. Ia lebih dari itu.

”Azalea, tolonglah aku, aku tak bisa menghentikan diriku sendiri untuk mengagumi Muhammad!”
Inilah buku yang membuat pembaca akan merasa sangat malu karena "Aku" yang non-muslim mampu melakukan sebuah pencarian untuk lebih mengenal Rasulullah. Inilah buku yang dapat menyadarkan kita, bahwa kita masih belum mampu berbuat kebaikan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Kadang kita yang mengaku beragama Islam belum mampu meneladani sikap Rasulullah. Aku menatap punggung Muhammad yang menjauh.... Terus menjauh. Entah mengapa ada perasaan sedih yang teramat dalam saat ia meninggalkanku di tempat itu sendirian. Aku benar-benar tak rela melepasnya pergi...

Aku menatap pungungnya dan memanggilnya kembali dengan mata rinduku... dan inilah buku yang mampu membangkitkan kerinduan kita yang tak tertahankan akan hadirnya sosok agung Sang Rasulullah. Novel ini sangat baik dan mengajak kita merenungkan, menyibak tirai pikiran dan emosi negatif yang menutupi sumber cahaya Ilahi, baik yang ada di dalam diri sendiri maupun di alam semesta. Dengan membaca buku ini kita juga akan merasakan rindu kepada Muhammad seperti tokoh “Aku” yang ada di dalam cerita.
(WS)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/05/08/32983/hidayah_dari_sebuah_mimpi

Nov 27, 2011

Spirit Tahun Baru Hijriyah





Mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Baru saja kita memasuki bulan Muharram, bulan yang mengawali tahun baru hijriyah kita untuk tahun 1433 H. Bulan yang tiba-tiba menghentak batin kita untuk segera mengenang peristiwa besar dalam sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah. Setiap awal tahun hijriyah seperti ini kita seharusnya sebagai umat Islam segera membangun semangat baru untuk meningkatkan ketakwaan dalam diri kita. Meningkatkan ketaatan kepada Allah. Dan kita segera mengucapkan pada hari-hari yang telah lewat dari tahun 1432 H. : " selamat jalan, selamat menjadi teguran sejarah atas segala kekurangan dan kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah menyebabkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap hidup kami di dunia maupun di akhirat ".
Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.
Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya. Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur'an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa'dah dan dzulhijjah.
Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur'an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.
Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: "Seorang mu'min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali". ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.


http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=15&Itemid=1

Nov 19, 2011

Sastra

FLASH FICTION:



Karena masalah membuatku bertanya

Kehidupan menunjukkan sketsanya sendiri-sendiri di setiap lipatan waktu. Seseorang hanya menangkap sebagian realitasnya, sebagian lain menangkap realitas yang lain. Apa yang dapat ku maknai kata-kata itu, padahal aku sudah belajar mata kuliah semantik tapi tak jua ku temui artinya. Aikh,, ini bukan soal kata-kata tapi semangatku kian mengendur. Aktivitas kuliah mulai membuatku jengah, bukan sebab materi yang jarang ku dapatkan, tapi masalah waktu yang membuat ibadahku terancam. Belum lagi tentang setoran amalan yauman ; aku punya tanggung jawab!
Banyak sekali target yang harus ku penuhi, mulai rentetan tugas kuliah, jadwal kuliah yang padat, jadwal mengajar privat, deadline tulisan, bla.bla.bla.. aku harus berpacu dengan waktu atau aku harus menjinakkan waktu atau aku yang bergulung dengan waktu. Intinya aku ingin dapat meng-KO-kan waktu. Tapi aku yakin, ini bukan soalan yang hanya aku alami, semua masyarakat ilmiah (mahasiswa) pasti juga sedang bermasalah dengan urusan yang satu ini. Baiklah, sejenak aku harus menghela napas dan berpikir kembali, aku terfokus pada ibadah yaumanku. Aku kadang malu setiap melaporkan catatan ibadah. Apalagi pada shalat berjamaah, pasti tidak dapat mencapai target padahal pasti ada kenaikan target setiap bulannya. Otakku mulai berputar, imajiku semakin liar untuk menemukan jalan keluar dari masalah ini.
“Barang siapa yang menginginkan keluasan surga, maka hendaklah komitmen dengan jamaah.” (Cuplikan dari Hadist Shahih At-Tarmidzi 20/232, nomor hadits: 1758)
Ku temukan hadits itu dalam catatan Mentoring waktu SMA. Bagus ! ini ku buat sebagai motivasi untuk meningkatkan shalat jamaahku. Jadi teringat masa SMA dulu yang penuh dengan warna dan khas rohis yang tak terlupakan, alahai rindunya ! ku baca kalimat selanjutnya,
“Berjamaah itu rahmat dan bercerai berai itu azab.”(Shaihul Jami’ Ash-Shagir. Jilid 3, Hadits Nomor :3104)
Semakin ku liarkan ingatan masa SMA dulu yang mana selesai dapat materi itu kami selalu shalat berjamaah di mushallah, dari djuhur hingga ashar, lucunya ketika kami menolak untuk menjadi imam,
“ukh aja yang jadi imam, ane qomad aja yah”
“aduh ukh, ukh ajalah yang lebih banyak hapalannya, ane masih sedikit.”
“gak ah ukh, ukh aja. Pake ayat-ayat yang pendek aja ukh supaya cepet keburu bel masuk tuh belum lagi kita makan siang.”
“ihhh ukh inilah nanti gantian yah, yaudah buruan qomad!”
“hhe, alhamdulillah.” Desahku merajut kemenangan.
Setelah lulus dan mengenyam bangku kuliah aku semakin jarang shalat berjamaah, di rumah hanya aku dan ibu, masing-masing dari kami baru ketemu ba’da isya. Di kampus kebanyakan masuk kelas, Masjid nun jauh disana, di mushallah jarang ada jamaah, sebabnya yah sulit untuk dilakuin masing-masing dari mahasiswi punya waktu berbeda, temen satu kelas juga susah ngaturnya. Inti dari masalahnya adalah WAKTU. Mau shalat juga sering ngaret. Menyelamatkan shalat saja sudah syukur alhamdulillah.
“Berjemaah itu memang rahmat. Rahmat dalam keakraban, rahmat dalam musyawarah, rahmat dalam meninggikan keimanan, rahmat dalam itsar ’mengutamakan saudara dengan mengalahkan diri sendiri’ dan rahmat saling tolong menolong. Semua itu didapatkan dalam jamaah yang diikat oleh ukhuwah fillah.”
Kalimat ini ku baca dari sebuah buku, alasan aku berhenti berpikir dengan membaca, sebab dengan begitu aku berharap mendapat motivasi yang baru untuk memacu semangatku.
“Rasulullah saw. Telah memperingatkan kaumnya dari kerja infrirodi:individual. ‘sesungguhnya serigala akan memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya,” itulah nasihat Rasulullah tentang pentingnya kebersamaan.”
Aku mulai bergidik membaca kalimat demi kalimat khasiat dari berjamaah,.
“Apabila seorang mukmin sendirian (tidak berjemaah), maka kemungkinan besar akan mengalami penurunan keimanan, yang berlanjut dengan munculnya “kefuturan”. Kemudian hal ini akan berakhir pada kelalaian (ghoflah).”
Batinku kini yang merinding. Aku harus berubah, walau dengan amalan yang kecil, bukankah dari yang kecil lama-kelaman akan membesar? Dan aku yakin, dengan berjemaah, insyaallah kita reguk kenikmatan surga.

(ws)