Pages

Jan 21, 2011

Ngampus gak Sebatas Status

Mahasiswa. Itulah salah satu pembeda kita yang sekarang dan kita yang dulu. Tentu kita tidak ingin kembali ke masa-masa SMA, SMP, atau SD, apalagi TK!. Trus apa yang harus kita pahami sbg mahasiswa?? Yup! Yaitu makna Belajar itu sendiri!!
Sebenarnya kita itu ‘Pembelajar’ atau ‘Pengumpul Nilai’? Belajar itu seumur hidup, kawan!! Dalam setiap proses belajar, kita senantiasa mengumpulkan “ puzzle-puzzle” ilmu, yang kelak akan kita susun menjadi gambaran kehidupan kita yang indah nan berkesan. Emang apa yang membedakan antara pembelajar dan pengumpul nilai??
Jika kita adalah seorang pembelajar, maka kita akan sangat menghargai setiap hal yang kita dengar, kita rasa dan kita pikirkan. Pembelajar tidak akan pernah merasa dirinya telah ‘pandai’. Bahkan bisa dibilang ‘semakin ia berilmu, semakin ia merasa bodoh (lho???) Ya iyyalah, seseorang yang tahu sesuatu, akan menemukan suatu hal lain yang belum ia ketahui. Hal inilah yang mendorong seorang ‘pembelajar’ untuk terus belajar.
Sebaliknya, pengumpul nilai akan merasa’puas’ jika berhasil mendapatkan nilai A atau B, tidak peduli bagaimana cara ia mendapatkan nilai tersebut. Bisa kebayang kan apa jadinya?( nyemai benih koruptor itu namanya!!!!).
So, what’re d’ characteristics of ‘pembelajar sejati’?
Pertama, perseverance alias tekun, penuh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini bisa diibaratkan bila kita minum air laut, semakin banyak minum semakin haus. Maka pembelajar sejati akan semakin ingin tahu seiring proses belajarnya.
Kedua, menghargai proses. Ia menghargai prosesnya memahami sesuatu. Ia punya prinsip bahwa Allah tidak melihat hasilnya, namun usaha yg dilakukannya..(hmm, dah cerdas, soleh pulaJ). Proses adalah sesuatu yang dinikmatinya dan hasil adalah sesuatu yang sifatnya subjektif. Tak jarang pula bahwa prosesnya lebih berharga dari hasilnya.
Ketiga, menganggap setiap tempat adalah sekolah. Kenapa? Karena pada dasarnya belajar adalah sebuah aktifitas, bukan tempat. Jadi dimanapun kita berada, tidak menghalangi proses belajar kita! Bahkan dengan menjadikan semua tempat sebagai kampus, kita bisa berlatih menganalisa, memahami dan yang paling penting nie.. ikut mengalami kejadian tersebut!! Hal ini akan memberikan rasa yang berbeda dan lebih berkesan.
Keempat, menganggap setiap orang adalah sumber ilmu. Seorang pembelajar sangat menghargai setiap orang yang ditemuinya, yang berbicara dengannya, maupun yang memintanya mendengar. Karena pembelajar≠tidak sombong.
Kelima, memperbaiki diri. Jadi bisa dibilang, setiap tempat adalah tempat untuk belajar dan setiap waktu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. (Siiip)
Keenam, berprasangka baik terhadap kritik. Semakin kita di kritik semakin tahu kesalahan kita dan akan membuat kita jauh dari kesalahan yang sama dimasa yang akan datang. Karena memang orang beriman itu seyogyanya tidak melakukan kesilapan yg sama berulang kali.
Ketujuh, care. Pembelajar bukanlah orang yang cuek terhadap lingkungannya. Ia tumbuh menjadi orang yang peduli sekitar karena ia belajar dari sekitar. Kepedulian tersebut akan menuntunnya pada aktifitas berpikir sehat dan membantu orang lain untuk bisa demikian.
Kedelapan, energik!. Ia beraktifitas penuh dengan semangat, karena ia melakukan aktifitas yang ia senangi. Ia tak kan pernah merasakan kegagalan dalam belajar selama ia terus belajar.
Yap, ada 8 ciri pembelajar sejati versi penulis, versi kamu??
Above all, “setiap tempat adalah tempat belajar dan setiap waktu adalah proses untuk memperbaiki diri”. Moga brmanfaat.. (san, dari berbagai sumber)
 
http://penulismudasukses.blogspot.com/2010/10/ngampus-gak-sebatas-status.html



Jan 13, 2011

Umar Bin Khattab


Latar belakang
Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Kehidupan di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Meninggalnya Nabi Muhammad
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Masa kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Meninggal
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab

Perkembangan Islam di Eropa


Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat
secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang angka ini telah
mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah
Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus
bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan
yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang
terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang
mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena
yang menonjol terutama setelah serangan terhadap World Trade Center
pada tanggal 11 September 2001.

Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim,
tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga
Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama
macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur'an, kewajiban apakah
yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum
Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan
ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang
berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar
pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa "serangan ini akan mengubah
alur sejarah dunia", dalam beberapa hal, telah mulai nampak
kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual,
yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada
Islam.

Berbagai media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan
Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-
menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini
tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi
dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat
Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini
dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu
kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul
"Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa" membahas
laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis.
Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk
Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca
peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang
memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun
lalu saja.

Gereja Katolik dan Perkembangan Islam

Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah satu
lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan
agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999
muktamar gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta
Katolik, adalah kedudukan Gereja di milenium baru. Tema utama
konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhan pesat agama Islam di
Eropa. The National Catholic Reporter melaporkan sejumlah orang garis
keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim
mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti bertoleransi
terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan
rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya
pada satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun
persengketaan di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl
Lehmann dari Jerman menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan
internal dalam Islam daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani,
dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak
memiliki dasar.

Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan kedudukan
Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun
1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah
penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan
bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini:
3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan
selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka
ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.
Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun
1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat
memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu
pusat utama perkembangan Islam.

Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa

Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak
boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-
baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari Eropa.
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-
abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan
kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), memungkinkan terjadinya
hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar
sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama
perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan menuju terang-
benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang di
bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain,
kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas
dan kemampuan hebat dalam membangun.

Dalam Al Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim
mengajak kaum Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu
pijakan yang disepakati bersama:

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa
tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang
lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)" (QS. Ali 'Imran, 3: 64)

Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan

Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat
suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin
menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini
menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali
baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah, Islam akan
memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur'an akan tersebar
luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini
telah dikabarkan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu:

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa)
petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (QS. At
Taubah, 9: 32-33)

Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-
orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW
menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur'an akan meliputi dunia. Di masa-
masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami
sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan,
peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak
merajalela. Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan
akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya
gelombang air laut pasang.

Zaman Keemasan akan merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran,
keberlimpahan, kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan
akan menguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman di
mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih
sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Rasulullah SAW
mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui
perantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untuk
menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran
akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan
menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan
agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al
Qur'an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan
kesejahteraan di seluruh dunia. Kebangkitan Islam yang sedang dialami
dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda
penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur'an dan dalam hadits
Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan
memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.
http://newsgroups.derkeiler.com/Archive/Soc/soc.culture.indonesia/2007-12/msg01601.html

Siapakah Abdurrahman Bin Auf? ?


Ketika mendengar suara hiruk-pikuk, Aisyah sontak bertanya, “Apakah yang telah terjadi di kota Madinah?”
“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” seseorang menjawab.
Ummul Mukminin berkata lagi, “Kafilah yang telah menyebabkan semua ini?”
“Benar, ya Ummul Mukminin. Karena ada 700 kendaraan.”
Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Pandangannya jauh menerawang seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat dan didengarnya.
Kemudian ia berkata, “Aku ingat, aku pernah mendengar Rasululah berkata, `Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan.”
Sebagian sahabat mendengar itu. Mereka pun menyampaikannya kepada Abdurrahman bin Auf. Alangkah terkejutnya saudagar kaya itu. Sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ia segera melangkahkan kakinya ke rumah Aisyah.
“Engkau telah mengingatkanku sebuah hadits yang tak mungkin kulupa.” Abdurrahman bin Auf berkata lagi, “Maka dengan ini aku mengharap dengan sangat agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut ken¬daraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah.”
Dan dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya. Sebuah infak yang mahabesar.
Abdurrahman bin Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya. Bukan seorang budak yang diken¬dalikan oleh hartanya. Sebagai bukti, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan harta ke¬mudian menyimpannya. Ia mengumpulkan harta dengan jalan yang halal.
Kemudian, harta itu tidak ia nikmati sendirian. Keluarga, kaum kerabatnya, saudara-saudaranya dan masyarakat ikut juga menikmati kekayaan Abdurrahman bin Auf.
Saking kayanya Abdurrahman bin Auf, seseorang pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah bersatu dengan Abdur¬rahman bin Auf. Sepertiga hartanya dipinjamkan kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.”
Abdurahman bin Auf sadar bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya jika tidak ia pergunakan untuk membela agama Allah dan membantu kawan-kawannya. Adapun, jika ia memikirkan harta itu untuk dirinya, ia selalu ragu saja.
Pada suatu hari, dihidangkan kepada Abdurahman bin Auf makanan untuk berbuka puasa. Memang, ketika itu ia tengah berpuasa. Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya. Tetapi, beberapa saat kemudian ia malah menangis dan berkata, “Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai seorang syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya. Dan jika ditutupkan kedua kakinya, terbuka kepalanya.”
Abdurrahman bin Auf berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan dengan suara yang juga masih terisak dan berat, “Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku. Ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami.”
Begitulah Abdurrahman bin Auf. Ia selalu takut bahwa hartanya hanya akan memberatkan dirinya di hadapan Allah. Ketakutan itu sering sekali, akhirnya menumpahkan air matanya. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikitpun.
Pada hari lain, sebagian sahabat berkumpul bersama Abdurrahman bin Auf menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama setalah makanan diletakkan di hadapan mereka, tiba-tiba ia kembali menangis. Sontak para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, “Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman bin Auf?”
Abdurrahman bin Auf sejenak tidak menjawab. Ia menangis tersedu-sedu. Sahabat benar-benar melihat bahwa be¬tapa halusnya hati seorang Abdurrahman bin Auf. Ia mudah tersentuh dan begitu penuh kekhawatiran akan segala apa yang diperbuatnya di dunia ini.
Kemudian terdengar Abdurrahman bin Auf menjawab, “Rasulullah saw. wafat dan belum pernah beliau berikut keluarganya makan roti gandum sampai kenyang. Apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan?”
Jika sudah begini, bukan hanya Abdurrahman bin Auf yang menangis, para sahabat pun akan ikut menangis. Mereka adalah orang-orang yang hatinya mudah tersentuh, dekat dengan Allah dan tak pernah berhenti mengharap ridha Allah. (sa)
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/siapakah-abdurrahman-bin-auf.htm



Jan 9, 2011

Jagalah Allah, maka Allah akan Menjagamu

Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas dia berkata :
“Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda :
“Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan shohih).
Di dalam riwayat selain Tirmidzi :
“Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
Takhrij Hadits
Hadits shohih, hadits ini memiliki 7 jalan dan lafadznya berbeda-beda. Dan yang paling baik adalahiwayat Hanasy ash-Shon’ani dari Ibnu Abbas, dia berkata :
“Dahulu aku pernah dibelakang Rasululllah ……”
Riwayat ini dikeluarkan oleh Tirmidzi 2635 bersama Tuhfatul Ahwadzi dan ini lafadz beliau, Ahmad 1/293, Ibnu Wahab dalam Al-Qodr 28, Abu Ya’la dalam musnadnya 2556, Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum Wal Laila 327 dan Thobrani dalam Do’a 42 dari jalan Laits bin Sa’ad dari Qois bin Hajjaj dari Ibnu Abbas.
Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali mengatakan : Isnadnya shohih dan perowi-perowinya tsiqoh.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad 1/203&207, Baihaqi dalam Asma’ Wa Sifat hal 97, Lalikai dalam Syarh Ushulu I’tiqod Ahli Sunnah Wal Jama’ah 1094&1095 dari jalan lain dari Qois bin al-Hajjaj. Dan juga dikuatkan oleh Yazid bin Abi Habib dari Hanasy, dan ini dikeluarkan oleh al-Ajuri dalam Syari’ah hal 198)
Syaikh Salim mengatakan : “Isnadnya shohih, meskipun sebagian jalan-jalannya yang lain tidak luput dari kelemahan tapi pegangannya adalah yang telah di sebut di atas. Wallahu a’lam.1 1. Shohih kitabul Adzkar wa dhoifuhu Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilaly 2/999-1000.
Kedudukan Hadits
Ibnu Rojab berkata : “Hadits ini mengandung wasiat yang berharga dan kaidah-kaidah umum tentang hal-hal penting dalam agama, sampai-sampai sebagian Ulama mengatakan ‘ketika aku merenungi hadits ini aku sangat tertarik sekali dan hampir-hampir aku gemetar.’ Maka sangat disayangkan jika ada yang tidak tahu dan tidak memahami makna hadits ini.”
Penjelasan Hadits
Nabi bersabda :
“Jagalah Allah maka Allah pasti menjagamu”.
Maknanya adalah jagalah perintah-perintah, larangan-larangan dan batasan-batasan serta hak-hak Allah yaitu dengan menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan serta menjauhi apa yang di larang. Barangsiapa yang melaksanakan hal itu maka Allah telah memujinya dalam firman-Nya :
“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” (QS.Qoof: 32-33)
Termasuk hal yang penting untuk di jaga adalah sholat sebagaimana firman Allah ta’ala :
“Jagalah segala sholatmu dan sholat wustho (shalat ashar).” (QS. Al-Baqoroh : 238)
Allah sangat memuji orang yang menjaga sholatnya:
“Dan orang yang selalu menjaga sholat mereka.” (QS. Al-Ma’arij : 34)
Allah juga memerintahkan untuk menjaga sumpah:
“Dan jagalah sumpahmu” (QS. Al-Maidah : 89)
Dan memerintahkan untuk menjaga kemaluan :
“Dan orang laki-laki dan orang perempuan yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 35).
Sabda Nabi : “Maka pasti Allah menjagamu” maknanya adalah barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah serta menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan yang dilarang maka pasti Allah menjaganya, karena balasan itu tergantung dari perbuatannya.
Allah berfirman :
“Jika kalian menolong Allah maka pasti Allah menolong kalian” (QS. Muhammad : 7).
Penjagaan Allah kepada hamba-Nya di dunia ini berupa penjagaan terhadap kebaikan dan kemaslahatan dunia, badan, harta serta keluarganya.
Allah berfirman :
“Sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh” (QS. Al-Kahfi : 82).
Imam Ibnu Katsir berkata (tentang tafsir ayat tersebut) : “Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa orang yang sholih itu keturunannya akan di jaga oleh Allah. Barokah ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan di akhirat. Dan dengan syafaatnya di hari akhir kelak mereka akan di angkat derajatnya di surga untuk menyejukkan pandangan orang tua mereka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, Said bin Jubair mengatakan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat di atas dengan ucapan beliau : Mereka berdua di jaga dengan sebab kesholehan kedua orang tua mereka.” 2 2. Tafsir Ibnu Katsir 3/134.
Barangsiapa yang menjaga Allah pasti Allah menjaganya dari segala mara bahaya. Sebagaimana perkataan salaf :
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang tidak bertakwa maka dia telah menelantarkan dirinya sendiri sedang Allah tidak butuh kepadanya.”
Diantara penjagaan Allah yang amat menakjubkan adalah penjagaan-Nya bagi seseorang yang bertakwa dari binatang buas. Bahkan binatang buas tersebut menjadi penjaganya seperti yang terjadi pada Safinah pembantu Rasulullah ketika perahunya pecah dan dia terdampar di sebuah pulau. Lalu dia melihat seekor harimau tapi harimau tersebut malah menunjukinya jalan keluar hingga harimau itu berhenti seraya bersuara (meraung) seakan-akan dia mengucapkan selamat berpisah dan akhirnya harimau itupun kembali ketempatnya semula. 3 3. Diriwayatkan oleh Tabrani dalam “Al-Mu’jam Al-Kabir” dengan sanad yang hasan lihat juga “Jami’ulum Wal Hikam” hal 468 oleh Ibnu Rajab.
Penjagaan Allah bagi hamba-Nya juga berupa penjagaan terhadap agama dan keimanannya dari segala syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan hingga dia bertemu Allah dalam keadaan diridhoi-Nya. Oleh karena itu Nabi berdoa agar di jaga oleh Allah ta’ala :
“Ya Allah, jika engkau mewafatkan diriku maka ampunilah aku, dan jika engkau membiarkan diriku hidup maka jagalah aku sebagaimana engkau menjaga orang-orang yang sholeh.”. HR. Bukhari 8/169.
Nabi Yusuf di jaga oleh Allah dari fitnah yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan, Allah berfirman :
“Demikianlah kami palingkan dia dari kejelekan dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas” (QS. Yusuf : 24)
Kebersamaan Allah Dengan Hambanya yang Bertakwa
Nabi bersabda :
“Jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu.”
Barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah dalam diri dan keluarganya serta istiqomah di atas al-Quran dan Sunnah, maka Allah pasti bersamanya. Arti kebersamaan ini bukan seperti yang diyakini orang-orang wihdatul wujud (Manunggaling Kawulo Gusti) dari kalangan extrim sufi yang meyakini Allah bersatu dalam diri makhluk-Nya atau hamba-Nya yang sholeh -Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan-. Ini bukan dari Islam bahkan ini adalah aqidah orang-orang Nashara tentang Isa q. Sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya di atas langit ketujuh :
“Allah yang Maha Penyayang bersemayam di atas Arsy” (QS. Thoha : 5)
Allah bersama dengan hamba-Nya dengan penglihatan, pendengaran, pengawasan atau pertolongan-Nya,-pent. dalam setiap keadaan. Allah akan memberinya petunjuk dan taufik, melindungi, menolong dan menjaganya. Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 128).
Dan Allah berfiman kepada Musa dan Harun :
“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian. Aku mendengar dan melihat” (QS. Thoha : 46).
Allah juga berfirman menceritakan tentang Musa :
“Sesungguhnya Rabbku bersamaku Dialah yang memberiku petunjuk” (QS. Asy-Syu’ara : 62).
Dan Nabi Muhammad pernah berkata kepada Abu Bakar :
“Janganlah kau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. At-Taubah : 40).
Inilah kebersamaan Allah yang khusus (bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa-pent) yang berupa pertolongan, penjagaan dan bantuan seperti yang dijelaskan oleh para Ulama. Hal ini berlainan dengan kebersamaan-Nya secara umum (bagi semua makhluk-Nya yang kafir atau yang mukmin yang berupa pengawasan dan pendengaran serta penglihatan-pent) seperti dalam firman-Nya :
“Tiada pembicaraanahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya” (QS. Al-Mujaadilah : 7)
Dan firman-Nya :
“Tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah padahal Allah beserta mereka” (QS. An-Nisaa : 108).
Kebersamaan ini berupa pengetahuan Allah, pengawasan-Nya terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan ini mengandung ancaman.
Hukum Minta Pertolongan
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah”. Yang di maksud dengan meminta di sini adalah berdo’a dan do’a itu adalah ibadah.
Allah ta’ala berfirman :
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya” (QS. An-Nisaa : 32)
Allah ta’ala mengancam orang sombong yang tidak mau berdo’a kepada-Nya.
“Dan Robb kalian berfirman : Berdo’alah kepadaku maka pasti aku akan kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Al-Mukmin : 60)
Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo’a kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak sanggup untuk melakukannya kecuali Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo’a kepada selain Allah maka dia terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya darinya. Allah berfirman :
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo’a kepada selain Allah yang tidak bisa memperkenankan do’anya sampai hari kiamat” (QS. Al-Ahqof : 5).
Ibnuajab berkata: “Ketahuilah bahwa meminta kepada Allah adalah suatu yang wajib dilakukan. Karena meminta itu mengandung arti merendahkan diri, tunduk serta mengharapkan dan membutuhkan dari sang peminta (hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat ibadah. Jamiul ulum wal hikam hal. 181

Adapun meminta manusia dalam perkara-perkara dunia yang mereka sanggup melakukannya maka hal ini (sebenarnya tidak dibolehkan kecuali pada waktu darurat-pent). Banyak hadits-hadits yang mencela meminta kepada manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari meminta-minta. Nabi pernah bersabda : “Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal, yaitu :
1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta.
2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya.
3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya.
Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan harta yang haram” (HR Muslim)
Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal tersebut tidak dibolehkan kecuali karena terpaksa seperti yang disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya.
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang memelihara diri mereka dari meminta-minta kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :
“Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi ; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (QS. Al-Baqoroh : 273)
Nash-nash tentang hal ini banyak sekali, sebagiannya mengharamkan (seperti hadits di atas) dan sebagiannya lagi memakruhkan, semisal seorang meminta kebutuhan pribadinya kepada sahabatnya seperti kendaraan, bejana, pensil dll. Nabi pernah membaiat sekelompok dari sahabatnya untuk mereka tidak meminta kepada manusia sesuatupun (diantaranya Abu Bakr, Abu Dzar dan Tsauban). Pernah salah satu dari mereka suatu ketika jatuh cemeti atau tali kendali untanya, maka diapun tidak mau meminta seseorang untuk mengembalikan kepadanya. Maka sebagian Ulama ketika mengomentari hadits di atas berkata : “Didalamnya ada penjelasan bolehnya berpegang dengan keumuman (hadits) karena mereka dilarang meminta (secara umum) dan didalamnya juga terdapat anjuran untuk memelihara diri dari meminta-minta walaupun sesuatu yang kecil”
Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah Saja
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah.”
Seorang hamba meskipun memiliki kedudukan, kehormatan dan kekuasaan dia masih lemah dan fakir (membutuhkan) untuk mendapat manfaat dan untuk terhindar dari kemudharatan. Oleh karena itu wajib baginya meminta pertolongan kepada Allah saja untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang di tolong Allah maka dialah yang beruntung dan di beri petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak di tolong Allah dan dibiarkan saja maka dia orang yang merugi dan gagal. Oleh karena itu besar sekali kedudukan ucapan (laa haula wala quwwata illa billahi). Ucapan tersebut adalah harta karun dari surga sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah. Karena ucapan tersebut mengandung pengakuan bahwa tidak ada daya kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat kecuali dengan pertolongan Allah ta’ala.
Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja baik dalam menjalankan ketaatan atau meninggalkan kemaksiatan atau dalam bersabar atas semua yang menimpanya dan dalam istiqomah (di atas agama-Nya) hingga dia bertemu Allah di hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan. Allah ta’ala berfirman :
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah : 5).
Nabi bersabda :
“Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah” (HR. Muslim 5/521)
Iman Kepada Qodo’ dan Qodar
Nabi bersabda :
“Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta”
Di dalam hadits Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qodho’ dan Qodar, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah ta’ala mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa kebaikan dan kejelekan dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului oleh ketidak tahuan. Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang hamba dari kebaikan (atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul mahfudz.
Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda :
“Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya : Tulislah (takdir semua makhluk ini -pent), maka sejak itupun berjalan takdir Allah hingga hari kiamat” (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)
Seorang hamba tidak akan di timpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan musibah melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang akan Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit dan bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an :
“Katakanlah : tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah tuliskan untuk kami” (QS. At-Taubah : 51).
Dan Allah berfirman :
“Katakanlah : sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ketempat mereka terbunuh” (QS. Ali-Imran : 154).
Oleh karena itulah Nabi bersabda :
“Telah di angkat pena dan telah kering tinta”.
Ibnu Rojab berkata :
“Ini adalah kinayah/perumpamaan kan berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Karena sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah seindah-indahnya perumpamaan/kinayah”. Jami’ul Ulum Wal Hikam hal. 182
Kenalilah Allah di Kala Senang Maka Allah Akan Mengenalimu di Kala Susah.
Ini adalah kata-kata mutiara Nabi yang selayaknya untuk diingat dan disebarkan. Didalamnya ada seruan untuk selalu ingat kepada Allah di kala senang, aman, sehat, dan kaya serta gagah perkasa. Mengingat-Nya adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya serta dengan melaksanakan yang sunnah/nafilah. Barangsiapa yang ingat Allah di kala bahagia maka Allah pasti akan mengenalinya di kala kesempitan, kemiskinan, kesusahan dan di saat dia berduka cita serta menderita. Berapa banyak kesusahan di dunia ini yang menimpa seorang muslim, akan tetapi jika Allah mengenalinya maka Allah akan membantu dan menguatkannya di atas kebenaran dan menolongnya.
Sesungguhnya Nabi Muhammad selalu mengenal Rabb-Nya di kala senang dan bahagia hingga Allah pun mengenali/menolong beliau di kala di gua (tsaur), di perang Badar & Ahzab. Dialah yang menolong Nabi-Nya dan meninggikan benderanya. Demikian pula dengan Nabi Yunus q beliau selalu mengenali Rabbnya di kala suka cita maka Allah pun mengenalinya di kala di dalam perut ikan dan Allahlah yang menyelamatkannya.
Kemenangan Bersama Kesabaran
Nabi bersabda :
“Ketahuilah bahwasanya kemenangan itu bersama kesabaran”.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah ta’ala :
“Berapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar” (QS. Al-Baqarah : 249)
Dan firman-Nya :
“Jika ada diantara kalian seribu orang maka mereka akan mengalahkan 2000 (pasukan musuh) dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar” (QS. Al-Anfal : 66)
Sabar adalah perangai mulia yang selalu dibutuhkan oleh seorang muslim hingga dia dapat melaksanakan perintah Allah. Bencana yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya juga membutuhkan kesabaran. Begitu pula gangguan-gangguan danintangan-rintangan yang dihadapi oleh seorang muslim dalam perjalanan dakwahnya memerlukan kesabaran. Meninggalkan nafsu syahwat dan larangan-larangan Allah sangat membutuhkan kesabaran. Karena hawa nafsu itu selalu menggoda manusia akan tetapi yang bisa selamat hanyalah yang di jaga oleh Allah ta’ala. Menjaga keta’atan kepada Allah membutuhkan kesabaran dan demikian juga dengan memerangi musuh-musuh Allah sangat menbutuhkan kesabaran. Karena jihad didalamnya banyak onak dan duri. Bersabar dalam menghadapi mereka merupakan sebab kemenangan seperti yang di jelaskan oleh Rasulullah. Kemenangan yang dijanjikan oleh Rasulullah ini mencakup 2 bentuk jihad, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab :
“Kemenangan itu mencakup 2 bentuk jihad, Jihad melawan musuh yang dhohir/nampak dan jihad melawan musuh yang batin/tidak nampak (yaitu hawa nafsu). Barang siapa yang bersabar menghadapi keduanya maka dia akan mendapat kemenangan dan pertolongan. Dan barang siapa yang tidak bersabar menghadapi keduanya maka dia akan kalah dan menjadi tawanan atau terbunuh.” (Jami’ul Ulum wal Hikam 186)
Kelapangan Datang Setelah Kesempitan
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya kelapangan datang setelah kesempitan.”
Musibah, fitnah, ujian dan cobaan kadang menghujani diri seorang muslim, semakin lama terkadang semakin bertambah dan seolah-olah dunia terasa sempit baginya. Maka kesedihan dan kesusahan pun menghimpitnya, tapi apabila dia bersabar dan mengharapkan pahala Allah atas musibah tersebut serta dia meyakini bahwa semua ini telah ditaqdirkan dan ditentukan oleh Allah dan dia tidak putus asa akan pertolongan/rahmat Allah maka dia akan mendapatkan pertolongan, pengampunan danahmat Allah. Dan akan datang kelapangan padanya. Dan dibalik musibah itu sebenarnya banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa dipetiknya. Allah ta’ala berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al-Baqarah : 214).
Rasulullah pada waktu perang Ahzab ditimpa dan diuji dengan berbagai macam ujian,asa takut, lapar, dingin dan kesulitan akan tetapi mereka para sahabat bersama beliau selalu tegar menghadapi semua itu seperti tegarnya gunung batu yang kokoh. Lalu datanglah pertolongan Allah.
Kemudahan Pasti Datang Setelah Kesulitan
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
Hal ini juga tercantum dalam firman-Nya :
“Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan” (QS. Ath-Tholaq : 7)
Dan firman-Nya :
“Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy-Syarhu : 5-6)
Sesungguhnya kesulitan, kesedihan, kesempitan dan musibah-musibah itu akan menjadikan seorang muslim suci dan bersih dari kotoran-kotoran (dosa dan noda) dan akan menjadikan hatinya selalu bergantung kepada Allah dan semakin bertambah ketergantungan ini seiring dahsyatnya musibah dan cobaan. Seorang Muslim akan selalu merendahkan dirinya kepada Allah dengan niat yang ikhlas. Dan inilah sebab dihilangkannya kesulitan. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i pernah mengatakan :
Bersabarlah, karena kelapangan itu akan datang secepatnya
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala perkaranya maka dia akan bahagia
Barangsiapa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah maka dia tidak akan ditimpa bencana
Dan barangsiapa yang mengharap kepada Allah dia akan mendapatkan harapannya
Di dalam hadits di atas Rasulullah menekankan bahwa kemudahan tidak akan kekal abadi selama dia mau bersabar dan mengharap pahala serta yakin bahwa semua itu telah ditaqdirkan oleh Allah ta’ala dan tidak ada tempat untuk melarikan diri darinya, lalu diapun tetap istiqomah di atas agama-Nya.
Pelajaran-Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Hadits
1. Diharapkan bagi seorang guru untuk memusatkan perhatian murid sebelum dimulainya pelajaran. Hal ini diambil dari sabda beliau : “Wahai anak kecil, aku ingin mengajarimu beberapa kata”
2. Anjuran untuk mendidik dan mengajari anak-anak ilmu agama
3. Anjuran untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dalam hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Rasululllah menggunakan kesempatan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan memberikan wasiat berharga bagi Ibnu Abbas yang membonceng di belakang beliau.
4. Anjuran untuk bersifat jantan dan berani tapi dengan memakai akal pikiran dan mengerahkan daya upaya. Barangsiapa yang meyakini bahwa madharat dan manfaat itu hanya di tangan Allah dan bahwasanya yang menimpa dirinya dari manfaat dan madharat itu dari taqdir Allah maka hal ini semua akan menjadikannya gagah berani.

i

http://kaffah4829.wordpress.com/artikel/jagalah-allah-maka-allah-pasti-menjagamu/

Kader Multi- Amanah: Dipertahankan Or Dipermasalahkan??

Menjadi Aktivis Dakwah Kampus adalah pilihan, begitu juga menjadi Pelaku Dakwah Kampus Statis. Sejatinya, Ketika memilih tuk menjadi salah satu dari keduanya, tentu bakal ada berbagai kemungkinan yang terjadi. Karena memang segala sesuatu punya resiko, dan tidak terkecuali dalam hal ini. Dalam kegiatan dakwah kampus yang sebagian kampus gencar mengadakan acara dan tidak jarang pula ada kampus yang diam dari kegiatan dakwah.
Bukankah kita memang sudah diajarkan tuk menjadi sosok yang multi function?

Di satu sisi kita harus menjadi sosok yang taat pada perintah orang yang lebih tua, dan di satu sisi kita juga harus bisa menuntun dan mengarahkan orang lain tuk berbuat sesuatu.
Di satu kesempatan kita harus menjadi sosok yang bisa mendengarkan, dan di kesempatan lain kita juga harus bisa memberi solusi.
Yang pasti, semua ada saatnya. Dan pada saat yang tepat, semua akan berubah. Keadaan bisa menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perubahan itu. The Power of Kepepet adalah hal yang bisa merubah diri.
Kader multi amanah sudah tidak asing lagi bagi diri seorang aktivis. Menerima amanah yang mungkin sebelumnya tidak pernah terpikir bisa dilakukannya. Dan keadaan akan merubah segalanya. Kemauan yang kuat untuk berubah dan impian yang jelas akan terciptanya kampus madani adalah kekuatan besar yang akan bisa membangunkan raksasa yang tertidur dalam diri setiap kita: aktivis dakwah kampus.
Menjadi catatan juga, sangat tidak mungkin jika kita terus berada dalam posisi yang sama dari waktu ke waktu, mengemban amanah yang proporsinya selalu sama, melaksanakan agenda dakwah yang monoton.
Jadi, bukan saatnya lagi mempermasalahkan kader multi amanah. Namun, mari fokus ke penyelesaiannya. Ciptakan kader yang berkualitas agar amanah bisa disebarkan hingga makin luas lah persebaran dakwah di kampus.
Kampus Madani Bukan Hanya Mimpi.


*Tulisan ini hadir sebagai bentuk rasa bangga penulis kepada teman2 yang masih bisa tetap amanah dalam mengemban tugas dakwah kampus.
Selamat Bertugas kepada para pengurus Puskomda Sumut 2011- 2013. Menuju Sumut Madani.
Semoga tetap dalam Keberkahan Allah.

http://penulismudasukses.blogspot.com/2011/01/kader-multi-amanah-dipertahankan-or.html