Pages

Dec 4, 2010


Persiapan untuk seleksi beasiswa S2 ke Jepang...
by Danang Ambar Prabowo Dua on Saturday, December 4, 2010 at 11:42am
Bissmillah…
Berhubung akhir-akhir ini banyak yang menanyakan hal yang kurang lebih sama kepada saya:
“…Apa yang kira-kira perlu disiapkan untuk bisa mendapatkan beasiswa S2 ke Jepang…?”

Insya Allah akan saya uraikan jawabannya di sini, insya Allah.
Hajimemashou…
Persiapan yang baik adalah persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari secara matang dan terencana. Namun jika Anda baru menyiapkan sekarang-sekarang ini, insya Allah tetap bisa mencobanya.
Hal yang perlu disiapkan:
  1. Persiapan mental dan spiritual.
 Jika Anda saat ini adalah mahasiswa tingkat awal (1, 2, dan 3)… maka Anda masih memiliki waktu yang sangat cukup untuk menyiapkan diri. Jika Anda adalah mahasiswa tahun terakhir atau bahkan sudah lulus... insya Allah Anda masih bisa mencoba dan mempersiapkan diri. Persiapan yang diperlukan di sini adalah terkait dengan pembentukan karakter, pola pikir, dan manajemen diri. Mungkin akan ada yang menyeletuk:

“Walah mau persiapan sekolah ke luar negeri aja repot gitu…?”
Maka saya dengan tegas akan menjawab:
“Ya tentu, agar kita tidak repot sendirinya nanti selama di sana”.

Pembentukan karakter ini penting agar setiap orang nantinya memiliki komitmen dan prinsip diri selama berada di negeri asing. Tidak melebur dan hancur, namun mampu menyerap hal-hal positif selama di sana, mengembangkannya, dan mendayagunakannya untuk hal-hal yang lebih baik nantinya.

Pembentukan karakter dan pola pikir juga bermaksud agar masing-masing orang yang ingin studi di luar negeri nantinya tidak hanya berpikir bahwa ke sana itu hanya sekedar “jalan-jalan, gengsi, menikmati budaya, merasakan berbagai musim dan lainnya”... namun agar setiap individu sadar bahwa tujuan ke negeri di luar sana adalah untuk: BELAJAR. Bahwa di balik indahnya “jalan-jalan” menikmati sakura, tebalnya salju, indahnya musim gugur, atau budaya Jepang yang sangat khas... ada sebuah tanggung jawab besar yang jauh lebih penting yaitu bagaimana bisa menyelesaikan studi dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan. Perbedaan pola pikir dan pola kerja antara Jepang dan Indonesia...inilah Character Shock utama yang pasti akan dirasakan, namun justru jarang dipersiapkan dalam menghadapinya.

Anda bisa memulai persiapan tahap ini dengan melatih diri untuk hidup secara teratur, terencana, kerja keras dan disiplin. Di Jepang nantinya Anda mungkin akan berhadapan dengan kondisi akademis yang berbeda. Jika basis Anda nantinya adalah penelitian di Lab, bisa jadi keseharian Anda nantinya hanya akan dipenuhi dengan kegiatan di Lab yang kadang terasa monoton dan menjemukan. Dari pagi hingga malam, bahkan ketika Anda tidak ada kegiatan khusus di Lab pun... Anda akan merasakan bahwa Anda harus berada di Lab. Bahkan kadang ketika sabtu dan minggu sekalipun. Meski nantinya hal seperti ini sifatnya kondisional tergantung Lab Anda sendiri.

So... biasakan diri Anda dengan kondisi-kondisi seperti ini, kerja keras berdasarkan target dan rencana, hidup teratur (misal membiasakan membuang sampah pada tempat sampah, memisahkan sampah berdasarkan jenisnya) dan lainnya. Insya Allah itu akan sangat membantu Anda nantinya.

2.    Persiapan Kemampuan Diri / Skills
Hal pertama yang perlu disiapkan adalah: Kemampuan Komunikasi. Dalam hal ini paling tidak bahasa Inggris. Zaman sekarang berbahasa secara pasif saja tidaklah cukup, harus dilengkapi keaktifan berkomunikasi secara verbal. Dan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Jika Anda punya alokasi dana untuk ikut kursus Bahasa Inggris, maka saya sarankan untuk ikut. Pilih kursus yang benar-benar bisa membantu Anda meningkatkan kemampuan Anda berbahasa Inggris. Beruntunglah mereka yang sejak SD atau SMP mendapatkan pelajaran bahasa Inggris, memahami bahwa bahasa Inggris suatu saat nanti akan sangat diperlukan, sehingga kemudian benar-benar serius mendalaminya dan mendapatkan manfaatnya sekarang.

Sayangnya banyak yang ketika SD – SMA dapat pelajaran Bahasa Inggris, namun justru main-main dan baru menyadari sekarang bahwa ternyata bahasa Inggris benar-benar diperlukan. Semoga Anda tidak termasuk di dalam kelompok orang-orang ini.

Namun cukupkah pasif dan aktif dalam berbahasa Inggris? Ternyata belum... karena rata-rata persyaratan yang diajukan oleh pemberi beasiswa saat ini biasanya mencantumkan adanya bukti resmi kemampuan berbahasa Inggris ini. Misalnya TOEFL, TOEIC, atau IELTS dengan standar skor yang telah ditetapkan oleh pemberi beasiswa. Misalnya untuk TOEFL... biasanya yang diminta adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakui secara resmi secara internasional dengan skor minimal rata-rata adalah 550.

Dan bagi sebagian orang hal ini memerlukan perjuangan ekstra dalam mencapainya bukan hanya mempersiapkan untuk memenuhi standar minium skor tersebut... tapi juga finansial untuk bisa mendaftar mengikuti tes-nya.
So... persiapkan yang terbaik secara matang dan terencana... jauh-jauh hari.

Apakah kemampuan bahasa Jepang diperlukan dalam seleksi? Tentang ini sifatnya kondisional dari masing-masing panitia seleksi. Ada yang tidak mensyaratkan, ada yang mensyaratkan untuk lulus tes kemampuan bahasa Jepang setelah nanti berada di Jepang, dan lain-lain. Jika memang punya basic bahasa Jepang, alhamdulillah itu akan jauh lebih baik nantinya.

Kemampuan berkomunikasi akan sangat membantu Anda nantinya dalam survival selama di Jepang. Bahkan jauh hari sebelum berada di Jepang, misalnya komunikasi dengan calon Professor.

Hal kedua adalah... persiapan skill yang sesuai dengan bidang Anda saat ini atau bidang yang akan diambil nantinya ketika di Jepang. Misalnya... Jika Anda adalah mahasiswa biologi... maka paling tidak Anda memiliki skill dalam bidang anatomi makhluk hidup. Jika nantinya kerja Anda akan banyak di Lab... Anda harus menyiapkan diri untuk dapat memenuhi ketentuan perilaku di Lab (Laboratory Manner)... dan itupun membutuhkan skill.

3. Persiapkan Proposal / rencana penelitian dan studi
Ini merupakan syarat utama yang pasti selalu ada ketika Anda ingin melamar beasiswa studi S2 ke Jepang atau negara lainnya. Tentunya dalam bahasa Inggris. Bahkan gagasan utama dalam rencana riset/studi ini bisa menjadi penentu lolos atau tidaknya Anda untuk diseleksi.

Menyusun proposal riset itu gampang-gampang-mudah. Tergantung dari masing-masing individunya. Mengenai detail penyusunan proposal riset pasti dapat Anda temukan di kampus Anda masing-masing. Jadi silakan bertanya ke dosen atau kakak kelas yang saat ini sedang menyusun tugas akhir tentang hal ini.

Yang jelas, usahakan menyusun tema proposal riset ini yang sesuai dengan bidang Lab / Prof yang ingin Anda tuju dan sebaiknya berkaitan dengan bidang S1 anda saat ini. Itu akan mempengaruhi penilaian. Dari mana datangnya ide? Dari membaca buku, jurnal ilmiah, majalah, diskusi dengan dosen atau kakak kelas, dan lainnya. So persiapkan dengan cara terbaik.

4. Persiapkan Calon Professor (Sensei) yang akan dituju
Di Jepang, kedudukan Professor atau Sensei terhadap mahasiswanya (khusunya anggota Lab-nya) itu sangat penting. Bahkan ada istilah “guyonan serius” : “Nasib studimu di Jepang itu berada di tangan Sensei”.

Hal ini wajar karena memang sensei-lah yang menjadi guarantor kita selama studi di Jepang. Jika sensei sudah mengatakan: “Oke saya akan mengundang Anda untuk studi di Lab saya”... maka insya Allah Anda sudah mendapatkan tiket untuk studi ke Jepang. Oleh karena itu carilah Prof / Sensei sejak jauh2 hari.

Bagaimana mencari sensei yang tepat? Banyak caranya, yang saya lakukan adalah mencari alamat email masing-masing sensei di situs universitasnya. Saya baca publikasi dan bidang keahliannya. Jika cocok, saya kemudian mengirimkan email beserta proposal riset yang sudah saya buat sebelumnya.

Terkadang butuh proses dan kesabaran. Saya butuh waktu 2 tahunan untuk mendapatkan sensei yang tepat. Orang lain mungkin bisa mendapatkan lebih cepat. Semuanya kondisional. Yang pasti harus diusahakan. Lebih detailnya tentang ini bisa Anda baca di tulisan saya yang berjudul:

“A Roads to Dreams: Pedoman Melanjutkan S2 ke Jepang” di Blog saya : www.danangap7.multiply.com

5.    Persiapkan surat rekomendasi dari dosen/universitas
Di Jepang, surat rekomendasi memiliki peran penting dalam menilai calon mahasiswa. Oleh karena itu, sebaiknya Anda memiliki seseorang yang mengenal Anda dengan dekat (Dosen / Pejabat Kampus) yang bisa merekomendasikan diri Anda secara kuat ke calon Prof / Universitas / Panitia Seleksi.

Anda bisa menyiapkan diri dengan membangun hubungan yang baik dengan dosen Anda di kampus, mulai dari sekarang.

6.    Persiapkan untuk mendaftar seleksi beasiswa
Anda bisa mengikuti berbagai macam seleksi beasiswa. Selama Anda tahu info kapan pembukaan seleksi itu dibuka. Anda bisa mencari tahu di situs kedutaan Jepang, situs perusahaan Jepang (misal Panasonic, Fujitsu, Hitachi, dll), bisa dari pengumuman di kampus, diskusi dengan dosen atau kakak kelas, atau lainnya. Anda bisa mencoba cara saya yaitu nyari satu-satu di Google... meski butuh usaha ekstra juga.

Namun biasanya pembukaan seleksi diadakan akhir tahun atau antara bulan Januari-Mei. So, mulailah mencari dan mengumpulkan info dari sekarang. Setelah menemukan infonya... jangan lupa membaca seluruh ketentuan syarat detailnya dan penuhi syarat-syarat itu tanpa kecuali. Meski kadang butuh usaha dan pengorbanan ekstra untuk memenuhinya.

Mungkin demikian gambaran umumnya yang bisa saya jelaskan. Jika ada yang kurang jelas, silakan bisa ditanyakan. Jika ada rekan-rekan lain yang ingin menambahkan, dipersilahkan juga dengan sangat. Jika ada yang keliru mohon koreksiannya.

Note Tambahan:

Saya sering sekali mendengar/membaca keluhan seperti ini:

“... saya hanya orang pelosok, IPK saya kecil, saya gak punya dana, saya orangnya kuper, saya gak bisa bahasa Inggris, saya gak punya prestasi apa-apa, saya minder, bla, bla, bla... Apa mungkin saya bisa???”

Pokoke seluruh keluhan tentang kondisi dirinya keluar. Hanya satu tanggapan yang akan saya berikan:

“Hanya Anda yang tahu jawabannya... Sesungguhnya Allah itu sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya”

Saya bukan ingin sekedar "menyindir"... namun berusaha menyadarkan setiap orang yang membaca tulisan ini dan masih memiliki pikiran seperti itu:

"Selama Anda berani dan mau mencoba, insya Allah akan ada jalan".

Saya termasuk "alumni" orang-orang yang dulu sering tidak PD dengan kondisi diri dan selalu merasa minder dibandingkan orang lain yang "terlihat" lebih "hebat". Padahal... tanpa saya sadari... orang-orang yang telihat "hebat" itupun memliki pikiran yang sama tentang diri saya... bahwa di mata mereka saya pun bisa "terlihat hebat". Ternyata Allah memberikan semua orang kesempatan yang sama untuk mencoba... yang membedakan kemudian adalah niat, kemauan, dan aksi yang kita ambil setelahnya!

Jangan jadikan kondisi diri Anda sebagai alasan untuk membuat diri Anda sendiri ragu. Jangan sampai Anda memelas untuk dikasihani karena kondisi Anda itu. Tahukah Anda bahwa kebanyakan orang jatuh bukan karena orang lain... tapi karena dirinya sendiri yang menjatuhkan. Mengeluh gak akan menyelesaikan masalah. Cari solusinya, karena Allah memberikan masalah sepaket dengan solusinya. Syaratnya adalah mau mencarinya atau tidak.

Jangan mendramatisir keadaan Anda dan... please jangan lebay !! No offense... :)
Hehehe... Ganbare...

“Man Jadda wa Jadda... Siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan berhasil...

Teruslah Bergerak

Dalam surat Al-Insyirah Allah berfirman: Faidza Faraghta Fanshab (“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (Al Insyirah: 7). menegaskan agar perintah Allah kepada nabi saw dalam melakukan aktivitas dan kerja tidak mengenal kata henti dan istirahat artinya bahwa setelah menunaikan tugas dan aktivitas maka cari aktivitas dan kerja lainnya..!!
karena pada hakikat amal tak kan pernah usai dalam kehidupan di dunia ini.. selama hayat masih dikandung badan maka jangan pernah berhenti dalam beramal, berbuat, bekerja dan beraktivitas terutama untuk meraih dan menggapai pahala dan ridha Allah SWT.

Perang Badar baru saja usai. Namun peristiwa itu tidak bisa hilang begitu saja di benak para sahabat. Karena Badar merupakan pengalaman mereka yang pertama dalam keramaian genderang perang. Pengalaman yang menorehkan lukisan indah sebagai sebuah potret pengorbanan dan kesetiaan pada Islam. Sehingga dalam diri mereka masih terngiang-ngiang kejadian demi kejadian yang baru mereka alami. Para sahabat saling mengomentari pengalaman unik itu dengan antusias yang ditimpali oleh sahabat lainnya dengan cerita yang lebih seru.

Memang. Badar menjadi pemandangan yang menakjubkan dalam sejarah perjuangan kaum muslimin. Para sahabat sangat bersemangat untuk mengisahkan peristiwa tersebut. Karena batapa saratnya peristiwa perang Badar dengan sikap-sikap kepahlawanan kaum muslimin. Cerita yang mengalir deras itu membuat mereka keasyikan menceritakan pengalaman mereka hingga satu sama lain saling membanggakan perilaku mereka dan kadang juga memandang remeh apa yang telah dilakukan oleh yang lainnya. Lalu muncullah sikap kekeliruan mereka dengan mengatakan bahwa, ‘Anshorlah yang lebih hebat, Muhajirinlah yang lebih unggul, ‘Auslah yang lebih kesatria, Khajrazlah yang tak tertandingi’, dan sikap-sikap hubbul ghurur wa zhuhur lainnya.

Peristiwa itu nyaris menjadi sengketa di kalangan mereka. Dan ini dimanfaatkan kaum Yahudi untuk mengadu domba kaum muslimin. Musuh-musuh umat Islam itu pun memanas-manasi kaum muslimin dengan membangkitkan watak-watak jahiliyah. Lantaran diantara mereka saling membanggakan dirinya kemudian berujung pada pendirian masing-masing yang ingin membuktikan kehebatannya. Sehingga terdengarlah seruan, ‘senjata……., senjata………, mari kita buktikan siapa yang paling hebat’. Kejadian itu pun sampai ke telinga Rasulullah SAW. beliau amat geram dengan sikap para sahabat yang keliru itu. Lalu Allah SWT. mengingatkan mereka dengan turunnya surat Ali Imran: 100 – 102

“Hai orang-orang yang beriman jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu sampai menjadi kafir padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu?. Barang siapa yang berpegang teguh kepada agama Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kau mati melainkan dalan keadaan beragama Islam. Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepada ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat itu orang-orang yang bersaudara. Dan kamu berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”.

Sesudah itu Rasulullah SAW. melihat ada hal yang amat penting dari kasus itu adalah kaum muslimin mengalami waktu jeda dalam amaliyah dakwah. Hal ini sangat berpengaruh pada perilaku sahabat yang mudah menyimpan memori kenangan indah dan dapat membangkitkan sikap keliru tadi. Sehingga sesudah itu beliau memberikan amaliyah yang beruntun dan terus menerus tanpa henti untuk menunaikan tugas dakwah ini. Maka sesudah kejadian itu kaum muslimin melakukan beberapa ekspedisi militer hingga perang Uhud.

Amal Datang Tanpa Kenal Henti


Perjalanan waktu seiring dengan berjalannya amal. Bahkan keduanya saling lomba berdatangan. Kadang waktu mampu menyelesaikan sebuah amal. Namun kadang pula amal datang tanpa mampu ditunaikan meski telah berlalu beberapa waktu. Malah sering kali amal itu lebih banyak dari waktu yang tersedia sehingga ia tidak bisa diselesaikan oleh satu waktu atau satu generasi akan tetapi ia diselesaikan oleh waktu yang lain atau generasi berikutnya.

Kedatangan amal yang tak kenal henti sudah menjadi tabiat alam semesta. Selama putaran ala mini tidak pernah berhenti maka selama itu pula putaran amal yang tak kan henti. Meski demikian bagi seorang kader dakwah putaran waktu yang seiring dengan putaran amal bukanlah sesuatu yang harus dihindari melainkan harus diantisipasi agar dapat mengikuti alur perjalanan waktu dan amal. Seorang ulama dakwah telah lama mengingatkan murid-muridnya dengan menyatakan ‘mengalirlah bersama amal-amal ini niscaya ia akan mengalirkan dirimu’.

Karena itu catatan yang perlu kita tulis adalah jangan sampai mengabaikan kesempatan dan peluang yang telah diberikan kepada kita. Namun bila hal ini terabaikan maka nikmat kesempatan itu menjadi sia-sia. Rasulullah SAW. telah mengingatkan bahwa,

“Ada dua kenikmatan yang sering dilupakan manusia yakni kesempatan dan kesehatan”. (Muslim).

Jangan Pernah Lelah Dalam Beramal

Tidak dipungkiri lagi bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Karena itu diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Mereka harus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu diingat bahwa ‘ngangur’ dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan bahwa banyak ayat maupun hadits yang memberikan motivasi dan rangsangan agar selalu berbuat dan menghindari diri dari sikap malas dan lemah untuk berbuat. Untuk itu Rasulullah SAW. menyegerakan para sahabat melanjutkan agenda lainnya sebab bila tidak, yang terjadi adalah peluang konflik dan friksi antar sesama atau akan disibukan dengan hal-hal sepele.

“Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukan dengan hal-hal kecil”. (Abdul Wahab Azzam).

Ritme kehidupan orang yang beriman selalu terus berada siklus hidupnya yang selalu berputar maka sesudah selesai menunaikan satu tugas maka ia harus menyiapkan dirinya untuk menunaikan tugas besar lainnya. Siklus yang demikian dapat menyehatkan diri dan amalnya karena ia dapat memanfaatkan waktunya dan dapat mengukir goresan indah dalam waktunya.

“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (Al-Insyirah: 7).


Bila perjalanan amal yang begitu panjang sering terjadi dalam kehidupan ini maka tidak ada pilihan lain kecuali mempersiapkan diri untuk mengarunginya. Salah satu penyiapan yang amat perlu dimiliki adalah sikap tidak pernah lelah dalam amal. Karena sikap lelah dan terus merasa lelah akan memperkecil potensi produktivitas dan akan menggerogoti energi untuk berbuat. Maka kita perlu mengantisipasi dan memerangi kelelahan kita. Bisa dengan recovery tarbiyah dengan mendisplinkan diri dalam menerapkan manhaj, rihlah, siyahah atau amal-amal tarbawi lainnya. Rasulullah SAW. pun menyuruhnya

“rehatkanlah hatimu karena hatimu tidak terbuat dari batu”.

Saatnya Kita Ukir Prestasi Dakwah Dengan Ukiran Terindah

Setiap kesempatan yang diberikan kepada seorang mukmin maka setiap saat itu pula ada satu kaedah perintah secara implisit untuk dapat mengukir prestasi dirinya. Agar apa yang dilakukannya dengan berputarnya waktu mampu disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kapabilitas rijalnya. Seperti kaedah dakwah yang memaparkan;

“Setiap dakwah ada marhalahnya dan setiap marhalah ada tuntutannya dan setiap tuntutan ada orangnya”.

Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam pandangan Islam setiap amanah merupakan suatu tugas yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak dapat menunaikannya dengan baik.

Inilah kesempatan emas bagi kita untuk membuat ukiran terindah dalam hidup kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi berikutnya.

see more..http://www.al-ikhwan.net/faidza-faraghta-fanshab-3327/